pendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawa tetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saat pertempuran antara pandhawa dan kurawa karena kurawa lebih skti dari pada pandhawa sebetulnya memang pandhawa
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama :febrina dinda agustin kelas:7B nomer absen:17
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
Nama :Ilham Alfathoni Kelas:7.C Nomer Absen:14 Sekolah:SMPN 7
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA:BISMOKO RAHADRIAN SUSENO NO : 12 KELAS:7B sekolah: SMPN 7 SKA
wayang ini bernaa pendeta dorna sejarah nya wayang ini ialah: Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
nama :bismoko rahadrian suseno no : 12 kelas : 7b sekolah : SMPN 7 surakarta
PENDETA DORNA
dorna pada waktu muda ia bernama bambang kumbayana,bambang kumbayana beroman cakap dan sakti.Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
egitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan. mbang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden.
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
dorna pada waktu muda ia bernama bambang kumbayana,bambang kumbayana beroman cakap dan sakti.Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
egitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan. mbang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden.
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna nama :Stepanus Teguh Putro S kelas :7b no :30
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Nama : Arlion Richo Victoris No Absen: 9 Kelas : 7B
Dahyang Durna yang dulunya bernama Bambang Kumbayana. Kumbayana mempunyai saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa. Kumbayana kemudian menyusul Sucitra, akan tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata “barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.” Beberapa saat kemudian, datanglah seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berubah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai di Cempalareja,yaitu negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada. Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan berserulah dia, “Sucitra, Sucitra!” Ipar Prabu Drupada yaitu Gandamana, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna. Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap kurawa dan Pendawa. Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Nama : RM. Bangkit bara kristiawan nugroho Kelas : 7 f No : 29
Nama : Muhammad Syamsuri Kelas : 7F Nomor Absen : 20 Sekolah : SMPN 7 Ska
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Dayang Durna. Pada masih muda bernama Bambang Kumbayana yg berasal dari Antasangin. Ia putra dari Resi Baratmadya.Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambamg Sucitra . Namun telah meninggalkan negerinya /tanah jawa. Lalu Kumbayana pergi menyusul ,tetapi edih karena tidak ada prahu untuk menyeberangi laut. Dia mempunyai ujar yg keluar dari bibirnya bahwa, " barang siapa yg dapat membantuku menyeberang tana jawa ,jika laki -laki kuangkat menjadi saudaraku dan perempuan akan kujadikan istri.Setelah itu datanglah seekor kuda bersayap , lalu kuda itu dpat menyeberangkannya tiba di Pulau Jawa kuda itu berudah menjadi permasuri cantik,dan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama, lalu kuda itu pulang ke khayangan. Kumbayana sampai di negeri Cempulareja yg di dalamnya dihuni oleh raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata Bambang Sucitra.Bambang Kumbaya bersikap kurang sopan terhadap raja .Sehingga dibenci oleh Prabu Gandamana ,dan lalu dianiaya hingga cacat. Nama : Sri Lestari No : 30 Kelas : 7C Sekolah : SMP N 7 SKA
Nama : JIN HEE LING KELAS : 7F NO.ABSEN : 11 SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Tokoh siapakah ini ? Berikan ringkasan / sejarah dari tokoh wayang tersebut ! Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Gambar Wayang diatas adlh Pandhita Durna. Ia berasal dari Antasangin Ia adlh putra dari Resi Baratmadya. Ia mempunyai saudara bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucitra prgi k Pulau Jawa & bertakhta di Cempalareja. Bambang Sucitra bergelar Prabu Drupada. Pndhita Durna adlh guru dari Pandhawa& Kurawa.
tokoh ini adalah resi durna dengan ringkasan sbb : Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
dipostingkan oleh : nama : putri fitria damayanti kelas : 7c no : 25 smp n 7 solo
Durna yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna (Bambang Durna (Bambang Kumbayana)) mempunyai saudara seayah-seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.Durna (Bambang Kumbayana) berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang.pendhita durna adalah guru dari pandawa & kurawa tetapi pendhita durna lebih memihak pada kurawa.
nama:Yosua Herbi Pradika no.absen:34 kelas:7C SMPN7 ska
Nama: D iva Dimitriko No Absen: 6 K elas: 7C SMP Negeri 7 Surakarta
Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa. Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Nama : Elisabeth Dian Artika Cahya No : 12 Kelas : 7A SMP N 7 SKA Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
SAYA YULIUS 7b pendeta durna sebagai musuh pandhawa karena memihak kurawa yang dianggap nya lebih kuat dari pandawa.ternyata setelah perang pandhawa lah yang menang pendeta durna menyesal akan hal itu......
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Drustajumena berpikir bahwa Pendeta Durna hanyalah guru yang melatih olah kanuragan dan olah senjata dari Pendawa dan Kurawa pada saat kecil, dan belum tentu sakti. Akan tetapi pikiran itu segera pupus saat dilihatnya Pendeta Durna yang dikeroyok oleh pasukan Pendawa dan dihujani oleh banyak anak panah ternyata tidak terluka sama sekali. “tubuhnya pasti kebal” Pikir Drustajumena.
Esti Aswatama mati
Prabu Kresna yang melihat dari jauh usaha prajurit Pendawa sia-sia untuk mengalahkan Pendeta Durna memanggil Bima untuk mendekat. Tidak jauh dari situ ada seorang raja dari Malawapati dipihak Kurawa yang sedang berperang naik gajah yang bernama Aswatama. Prabu Kresna membisikan perintah kepada Bima agar Bima membunuh gajah Raja itu dan apabila telah berhasil Bima harus berteriak dengan lantang “Aswatama mati! “
Pendeta Durna yang sedang menghadapi pengeroyoknya mendengar teriakan salah seorang prajurit Pendawa “Aswatama mati!” Sangat terkejut dan menangis. Dewa..! Anaknya yang semata wayang telah mati! Anak yang dibesarkanya sendiri tanpa ibu itu kini telah mati!
Durna mencoba mendekati Bima dan Arjuna dan menanyakan apakah benar anaknya Aswatama telah mati? . Bima dan Arjuna hanya terdiam dan mengangguk. Pada saat itu Bima baru menyadari ide cemerlang dari Prabu Kresna.
Ternyata Prabu Puntadewa menolak untuk berbohong karena selama hidupnya dia tidak pernah berdusta. Akhirnya Prabu Kresna meminta kepada Prabu Puntadewa agar tidak berbohong nanti menjawab dengan kalimat “Esti Aswatama mati” yang artinnya ‘Gajah Aswatama mati’. Kemudian Prabu Kresna bersemadi untuk memohon kepada Dewa agar rencananya berhasil.
Pendeta Durna yang terlihat bersedih itu mendatangi Prabu Puntadewa dan bertanya dengan sedihnya apakah benar Aswatama telah mati?. Kemudian Prabu Puntadewa menjawab dengan perlahan “Esti Aswatama mati”. Pendeta Durna yang percaya Puntadewa tidak pernah berbohong mendengar jawaban itu bagai disambar petir karena Puntadewa mengatakan “Mesti, Aswatama mati”. Pendeta Durna yang sangat sedih jatuh tersungkur pingsan di kereta perangnya. Para Dewa di angkasa bersorak sorai ramai dan mengatakan satu dengan yang lain bahwa Pendeta Durna telah mati.
Prabu Kresna yang melihat Pendeta Durna pingsan segera memberi tanda kepada Pendawa untuk menuntaskannya. Namun tidak satupun Pendawa yang bergerak melaksanakan perintah itu. Mereka masih menghormati Pendeta Durna sebagai guru mereka, sehingga tidak ada yang berani melakukannya.
Melihat Pandawa diam saja, Raden Drustajumena yang saat itu menjadi Senapati perang segera mengambil tindakan, tidak boleh kesempatan ini di sia-siakan. Dia melompat ke kereta perang Pendeta Durna kemudian dengan sekali tebas dipotongnya leher Pendeta Durna dan kepala Pendeta Durna dibuat mainan olehnya , ditendang tendang dan dilempar-lempar karena senangnya ia telah berhasil membunuh Pendeta Durna.
Raden Drustajumena benar-benar lupa bahwa Pendeta Durna atau Bambang Kumbayana adalah masih saudara dengan Ayahnya yaitu Prabu Drupada atau Sucitra. Para Pendawa tidak begitu senang dengan perlakuan Raden Drustajumena itu dan menegurnya. Raden Drustajumena yang ditegur itu merasa malu dan segera melemparkan Kepala Pendeta Durna ke pihak Kurawa.
Ternyata kepalanya jatuh tidak jauh dari Prabu Suyudana sedang duduk, ia sangat terkejut bukan kepalang, bagaimana mungkin guru Kurawa dan Pandawa yang sakti itu dapat dikalahkan??
Dalam wiracarita Mahabharata, Drona (Sanskerta: द्रोण, Droṇa) atau Dronacharya (Sanskerta: द्रोणाचार्य, Droṇāchārya) adalah guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Drona terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama. Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Saat perang di Kurukshetra berkecamuk, Drona menjadi komandan pasukan Korawa. Ia merencanakan cara yang curang untuk membunuh Abimanyu pada pertempuran di hari ketiga belas.
ebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
di post oleh : Ariestika Baktian Hapsari kelas VII C / 02 SMP 7 ska
Nama : DHandi Hananto No : 5 Kels : 7 c SMPN 7 SKA
PENDETA DURNA Pendheta durna adalah guru dari pandhawa dan kurawa. Pendeta Durna mendukung kurawa karena lebih sakti. Saat perang kurawa kalah dan pendeta Durna menyesali perbuatannya
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Resi Durna dulu pada waktu muda bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari negeri Atasangin. Resi Durna lalu menyeberangi lautan, dan pergi ke tanah jawa, kemudian Resi Durna mengabdi kepada Ngastina lalu menikah dengan Dewi Wilutama. Merekapun mempunyai seorang anak bernama Aswatama yang lalu maju ke medan perang Bharatayudha dan akhirnya gugur.
Pandhita Durna merupakan Pandhita di Sokalima,guru dari putra-putra raja Astina,baik Kurawa maupun Pandawa.Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru oleh kanuragan di Astina.
Pendita Durna adalah satria yang elok parasnya, karena kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dihajar patih Gandamana hingga badannya cacat. Setelah itu pendeta Durna melamar pekerjaan menjadi pendeta di Astina dan menjadi guru dari Pandawa dan Kurawa. Yang mengangkat Durna menjadi pandeta dan guru di Astina adalah atas prakarsa Resi Bisma dan Prabu Destarastra. Murid yang dicintai Durna adalah Raden Arjuna dan Bima. Berkat Pendeta Durna, Bima berhasil mendapatkan Tirta Pawitra Suci dan Arjuna menjadi pandai memanah. Pandeta Durna gugur dalam Perang Barathayuda oleh Drestajumena. Pandeta Durna adalah seorang senopati yang ulet dan sakti.
Pendita Durna adalah satria yang elok parasnya, karena kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dihajar patih Gandamana hingga badannya cacat. Setelah itu pendeta Durna melamar pekerjaan menjadi pendeta di Astina dan menjadi guru dari Pandawa dan Kurawa. Yang mengangkat Durna menjadi pandeta dan guru di Astina adalah atas prakarsa Resi Bisma dan Prabu Destarastra. Murid yang dicintai Durna adalah Raden Arjuna dan Bima. Berkat Pendeta Durna, Bima berhasil mendapatkan Tirta Pawitra Suci dan Arjuna menjadi pandai memanah. Pandeta Durna gugur dalam Perang Barathayuda oleh Drestajumena. Pandeta Durna adalah seorang senopati yang ulet dan sakti.
Pendeta Durna terkenal sakti di Negara Atasangin. Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Pendeta Durna adalah guru dari Pandawa dan Kurawa.
Nama : Devi Gita Rahmawati Kelas : 7c No : 04 Sekolah : SMPN 7 SKA Nama Panggilan : Gita
Wayang ini adalah wayang Durna Durna adalah tokoh sakti yang dari sejak Pandawa dan Kurawa kecil diserahi tanggung jawab mengajari "olah raga" dan "olah batin". Sebagai maha guru durna tetap saja dihinggap sikap tak adil (sama dengan guru dimana saya), yaitu sayang kepada murid yang pintar. Murid yang pintar adalah arjuna (dan puluhan nama lain yang merujuk ke tokoh ini) menjadi murid yang paling dikasihi oleh durna karena "Kepintaran" atau "kepringelan" arjuna. Sya dapat menambahkan sebab lain yaitu karena arjuna "pintar ambil hati". Selain itu perlu ditambahkan "fisik" dari arjuna yang tampan membuat semacam hallo effect. Durna juga dikenal liak. Licik dapat diartikan sebagai lian (baca: Cerdik), sebagaimana liciknya kresna yang sama-sama punya jabatan penasihat. Jelas kresna itu licik dan tak adil karena seorang dewa memihak, padahal kurawa hanya memperjuangkan hak tahta kerajaan.
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut : Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut : Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut : Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut : Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Pandeta durna saat masih muda bernama Bambang Kumbayana ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra.Tetapi Bambang Sucitra telah pergi dari negrinya atau dari tanah Jawa.pandeta durna adalah guru dari pandawa dan kurawa.pandeta durna meninggal pada saat perang Baratayuda. Nama:FauzanNurRifai No absen:10 Kelas:7c Sekolah:SMPN 7 SURAKARTA
Ini adalah gambar pendeta Durna, guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama. Durna dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Durna) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci). Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi Raja Panchala. Durna menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Nama : Ryan Ega Anastasius Kelas : VII C No Absen : 28
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu. Ochy Setiawan/21/7C/SMPN 7 SKA
Nama : Dwithi Mirawani Kartini Klas : 7 C Nomer : 7 SMP Negeri 7 Ska
Panndita Durna
Disaat muda bernama Bambang Kumbayana putra dari Resi Baratmadya dari kerajaan Hargojembangan.
Durna merupakan penasehat Kurawa yaitu di negara Astina, Durna mempunyai sifat suka mengadu dombam, licik, sombong akan kemampuanya
Durna juga merupakan guru dari keluarga Pandawa dan Keluarga Kurawa untuk mengajarkan ilmu kesaktiannya, Arjuna adalah merupakan murid kesayangannya.
Durna kawin seekor kuda betina, dan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Aswatama.Sebenarnya istrinya bukan seekor kuda semata namun dia sebetulnya seorang bidadari dari kayangan yang bernama Dewi Krepi
Sebenarnya antara Kurawa dan Pandawa adalah masih ada hubungan persaudaraan,namun demikian karena ulah sang Durna yang suka mengadu domba maka menjadikan kedua keluarga yang masih bersaudara ini bertengkar sampai terjadi peperangan yang besar yaitu perang Baratayuda.
Gambar wayang diatas adalah Pandita Durna, yaitu guru dari Pandawa maupun Kurawa Pandita Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Nama:falyra RR VIIB/16 Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut : Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna NAMA: NOVIA EKA D KLS : 7F NO : 24
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setib
anya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa NAMA:MONIKA SEKAR R KLS :7F NO :16
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
NAMA:ANNISA NUR ALIFA PRAMESTI KLS: 7B NO.ABSEN: 6 SMPN 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA: GALUH ENDAH SARI KELAS: 7A NO: 14 SMP N 7 SKA
PENDETA DURNA yang waktu mudanya bernama KUMBAYANA putra dari Prabu Baratwaja dengan Dewi Kumbini yang berada di kerajaan Atas Angin . . pada waktu kecil kumbayana beroman bagus dan sakti mandraguna tapi ,,sayang orangnya sombong dan nakal . Ia mempunyai saudara ankat yang bernama Sucitra yang telah meninggalkan negaranya untuk pergi ke tanah jawa ,,lalu Kumbayana menyusul tetapi setelah sampai di tepi lautan ia berhenti sejenak dan Bersedih ,,karena tdk ada Perahu yang mau menyebrangkannya .. Lalu ia mengatakan "Siapapun yg mau menyebrangkanku klau dia lki" akn dijadikan saudara tetapi klau dia prempuan akn dijadikan istrinya. Sesampainya di kerajaan PANCALARADYA ia memanggil" nama Sucitra tapi nama itu sudah di ganti dengan Prabu Drupada ,,lalu prabu drupada mempunyai patih yg brnma GANDAMANA ,,GANDAMANA MRAH KRENA KUMBAYANA TDK SPAN LALU KUMBAYANA DI HAJAR OLEHN GANDAMANA ..
Nama :Vania Vida Aulya klass:7 F no. :35 Skul :SMPN 7 SKA
NAMA :DESTYANA RIKA AYUK ANGGRAENI NO :8 KELAS :7A SMP NEGERI 7 SKA
DAHYANG DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa. Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan. Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada. Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna. Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa. Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi. Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja. Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna. Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Perang Bharatayuda adalah perang besar yang melibatkan banyak negara serta berbagai sosok dan karakter yang saling bertempur. Perang Bharatayuda adalah perang saudara yang tidak hanya mengadu fisik untuk meraih kemenangan, namun kemantapan niat, kecondongan hati, huru-hara emosi, bergumul memperebutkan jati diri. Perang Bharatayudha membuat banyak tokoh-tokoh yang berperan didalamnya menjadi “menderita” karena hatipun ikut berperang antara bisikan nurani melawan “keterpaksaan” mengangkat jiwa ksatria.
Diantara tokoh-tokoh yang “setengah hati” dalam menjalani perang besar itu adalah Resi Bhisma, Begawan Durna, Prabu Salya dan Adipati Karna.
Uraikan bagaimana sebenarnya kiprah mereka dalam perang Bharatayudha ! (hubungan persaudaraan antara pihak yang berperang Pandawa-Kurawa, upaya yang telah dilakukan menghindari perang tuk menciptakan perdamaian, peranan dan kontribusi serta perbedaan antara sikap hati dengan sikap tindakan
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. mempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang. Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna ) Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma. Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA :NOVIETA FAJARIA KELAS: VII A NO.ABSEN: 25 SMPN 7 SURAKARTA
Resi Durna mudanya bernama Bambang Kumbaya. Resi Durna berwatak;tinggi hati,congkak,sombong,bengis,banyak bicara,tetapi kecakapan,keerdikan,kepandaian dan kesaktiannya luar biasa,serta sangat msahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam keprajuritan,Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Korawa. Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi,putri Prabu Purungaji,raja negara Tempuru,dan memperoleh seorang putra bvernama Bambang Aswatama. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama : riza khurotur rohmah no : 28 kls : 7F sekolah:SMPN 7 SKA
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Ini adalah pendeta Durna,guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra. Arjuna adalah murid yang disayanginya. kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswantama.
Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota dehraduh (modifikasi dari guci tanah liat)yang berarti bahwa Durna berkembang bukan dari dalam rahim manusia melainkan di luar tubah manusia yakni dalam droon (tong atau guci)
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun ia belajar agama dan militer bersamadengan pangeran dari kerajaan panchala bernama Drupada.
Drupada dan Durna kemudian menjadi sahabat,dan drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan separo kerajaannya kepada Durna pada saat Drupada menjadi raja Panchala.
Durna menikahi Krepai,guru di kraton Hastinapura dan mereka memiliki putra bernama Aswatama.
Ini adalah gambar Pendeta Durna,guru Pendeta dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra.Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama. Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana (kaum pendeta hindu). Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun (modifikasa dari kata Dehra-Droon,guci tanah liat),yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi di luar tubuh manusia,yakni dalam Droon (tong atau guci). Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala. Durna menikahi Krepi,guru di Keraton Hastinapura. Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Nama : Selvy Lutfiana No : 31 kelas : 7A SMP N 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama :Tri Wahyu Setyaningsih No :33 Kelas :7A SMPN 7Surakarta Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Pandhita Durna merupakan Pandhita di sakalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik kurawa maupun pandawa . kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna di pilih sebagai guru oleh kanuragaan di Astina
NAMA : RETNO INDAH P. NO : 26 KELAS : 7B SEKOLAH : SMPN 7 SKA.
Resi Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, memiliki saudara yang bernama Bambang Sucitra. Wrekudara anak murid yang setia mulanya Wrekudara di perdaya akan tetapi menjadi kesempurnaan bagi Wrekudara .dalam perang Baratayudha Durna tewas oleh raden Drustajumenang terkena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa prabu Palgunadi yang membekas dendam pada Durna.
NAMA : PUTRI CHYNTIA W NO : 24 KELAS : 7B SEKOLAH : SMPN 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : DEWI ROFIANI NOMOR : 09 KELAS : VII A SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Resi Durna adalah putra dari Baratwaja & Dewi Kumbini memiliki saudara angkat bernama Bambam Sucitra yang meninggalkan negerinya ke Tanah Jawa Kumbayana yang menyusul bingung saat di tepi samudra tidak ada perahu yang mengantar kemudian ia berkaqta jika laki-laki yang bisa mengantarnya akan dijadikan saudara bila perempuan dijadikan istri,munculah kuda betina bersayap yang mengantarnya samnpai ke seberang kuda itu melahirkan anak laki-laki bernama Aswatama dan kuda itu berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilutama. Kumbayana pun sampai ke Cempalareja(Cempala Radya0 yang diperintah oleh prabu Drupada yang ternyata adalah Bambang Sucitra, Kumbayana pun bersifat seenaknya oleh sebab itu ia dianiaya oleh Gandamana, hal itu diketauhi Drupada dan Kumbayana pun dirawat dan diberi nama Durna dan menjadi mahaguru pandhawa dan kurawa.
Siapa yang tidak kenal tokoh satu ini, tokoh wayang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita Mahabarata. Perannya begitu sentral dan penting menjadikan tokoh ini terkenal di dalam dunia perwayangan. Dalam cerita mahabarata Pandhita Drona/ Durna ini sepak terjangnya tidak dapat di sepelekan sama sekali.
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
NAMA : TIARA ANNISA ROHMAH NO : 34 KELAS: 7 F SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Wayang ini adalah gambar pendeta Durna, guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama.
Durna dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Durna) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Kisah kelahiran Durna diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Durna lahir kemudian dirawat. Durna kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Durna menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Pendeta Dorna kuwi saka Kerajaan Atas Angin putrane Prabu Baratwaja. Isih cilik jenenge Kumbayana, bagus rupane. Didawuhi karo ramane, Pendeta Dorna diutus pados ilmu kanoragan karo kasantikan (kawruh lan kasekten). Ngantos dumugi negari Ngastina. Pendeta Dorna suwita dhateng Prabu Pandhu Dewanata. Ngantos dipun angkat dados gurunipun putro-putro negari Ngastina. Pendeta Dorna dipun angkat dados guru besar maringi piwulang bab ilmu kautaman. Putro Ngastina wonten cacah 2 kelompok, yaiku kelompok Kurawa ingkang cacahipun 100 lan kelompok Pandhawa ingkang cacahipun 5 sami-sami dados murid. Putro Kurawa mboten ngestokaken dawuh piwulang gurunipun, pramila dados murid ingkang nggadahi watak candala angkara murka. Ananging putro Pandhawa remen ngestokaken dawuhipun guru, pramila dados satria kang utomo. Pendeta Dorna punika nggadahi watak guru ingkang sejati, mboten milah-milahaken lan mboten emban cinde emban ciladan. Nama: Diar Bagus Yurianto Kelas : VII-F Nomor : 06
Pendeta Dorna Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Riwayat Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama. Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah. Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa). Drona dalam Bharatayuddha Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi. Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
Pendeta Dorna Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Riwayat Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama. Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah. Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa). Drona dalam Bharatayuddha Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi. Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna. Semasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan. Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa.
Nama : Nina Suhartanti Kelas : 7 F Nomor : 23 Sekolah : SMP N 7 Surakarta
Ini adalah tokoh pendeta Durna, guru para Korowa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk Dewastra. Arjuna adalah murid yang disayanginya. Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota dehraduh (modifikasi dari guci tanah liat)yang berarti bahwa Durna berkembang bukan dari dalam rahim manusia melainkan di luar tubah manusia yakni dalam droom (tong atau guci)
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : Muslihatin Nur Azizah NOMOR : 21 KELAS : VII F SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Pendeta Dorna Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Riwayat Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama. Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah. Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa). Drona dalam Bharatayuddha Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi. Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna. Semasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan. Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa.
Nama : HASTO PRIANANTO Kelas : 7 C Nomor : 12 Sekolah : SMP N 7 Surakarta
wayang di atas adlh Resi Durna Semasa kecilnya ia bernama Bambang Kumbayana.ia mempunyai watak bengis dan sombong tetapi ia mahir dalam mengatur siasat perang.Ia mempunyai senjata pusaka yaitu Panah Sangkali.ia diangkat menjadi Senapati Kurawa,setelah gugurnya Resi Bisma.Resi durna menikah dengan Krepi dan mempunyai anak bernama Bambang Aswatama
NAMA:MUHAMAD EDWIN RIFAI NO ABSEN:20 KLAS:7A SMP N 7 SKA
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA: ZULFINA AULIA WAHIDAH NO: 36 KELAS: 7A SMP N 7 SKA
Nama wayang tersebut adalah RESI DURNA.Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra.Arjuna adalah murid yang disukainya.Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan kasih sayang terhadap putranya,Aswata. Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana(kaum pendeta hindu).Ia merupakan putra dari pendeta Bharatwaja,lahir dikota Dehradun(modifikasi dari kata Dehra-Droon,guji tanah liat),yang berarti bahwa ia (Durna)berkembang bukan dalam rahim,namun diluar tubuh manusia,yakni dalam Droon(tong/guci). Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikansetengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala. Durna menikahi Krepi,adik Krepa,guru di keraton Hastinapura.Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Nama: tutik dwi ambarwati No Absen: 32 K elas: 7C SMP Negeri 7 Surakarta
Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa. Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Resi Durna. Resi Durna adalah guru dari Pandhawa dan Kurawa.Pada waktu muda Resi Durna bernama Bambang Kumbayana dia adalah putra dari Resi Baratmadya.Dia mempunyai saudara angkat yang bernama Bambang Sucitra.Bambang Kumbayana berwatak:Sombong,Angkuh,bengis tetapi dia mempunyai kelebihan yaitu pandai dalam siasat perang.karena kepandaianya itulah dia diangkat menjadi guru dari Pandhawa dan Kurawa. Dia mempunyai pusaka berwujud keris cundamanik dan panah sangkali. Pusaka itu di berikan kepada Janaka.Tetapi Resi Durna lebih condong berpihak pada Kurawa.Resi Durna mempunyai anak bernama Bambang Aswantana.Dalam perang Barata yudha dia diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa.Resi Durna meninggal di bunuh oleh Drestajumena yang tubuhnya dimasukki oleh arwah Prabu Ekalaya.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Wayang di atas adalah RESNI DURNA RESNI DURNA sewaktu masih muda bernama Bambang Kumbayana .Resni Durna adalah guru dari PANDAWA dan KURAWA.Durna menikahi Kerepi.adik Karepa.guru di kraton Hastipura. Tetapi Bambang Kumbayana mempunyai watak ;sombong,dan angkuh tetapi dia mempunyai kelebihan yaitu pandai dalam siasat perang.
NAMA;DHANY WAHYU PRATAMA KELAS;7A NO;IO SMP N 7 SKA
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
dia adalah resi durna waktu muda dia bernama bambang kumbaya dia berwatak sombong,angkuh,tetapi pandai dalam siasat perang. resi durna adalah guru dari pandawa dan kurawa. resi durna menikahi karepi yaitu adik karepa guru kraton hastipura dan memperoleh anak bernama bambang aswantana
Nama :Mumpuni Luvy A No :21 Kelas :7A SMPN 7 Surakarta Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama :Sakinatun Nisa' Hayati Kelas :7A No :30 SMPN 7 Surakarta Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA:KRISNA AYU NINGTYAS NO:17 KELAS:7A SMP N 7 SKA
Nama :Annisa Dipinta H.C No :2 Kelas :7A SMPN 7 Surakarta Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : DIMAH WIDYANINGSIH NOMOR : 7 KELAS : 7F SMP N 7 SKA
Nama :Rizka Sabilla D Kelas :7A No :28 SMPN 7 Surakarta Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Tokoh diatas adalah RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Ringkasan Sejarah Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata.[1] Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama. nama : riska setyaningsih kelas : 7A SMP N 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama: Melando Yoga Adhitama Kelas: 7 C No.Absen: 19
ESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
RESI DURMO waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
pendeta durnapendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawatetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saatpertempuran antara pandhawa dan kurawa karenakurawa lebih skti dari pada pandhawa sebetulnya memang pandhawa
nama;yanuar amelia suci kusumawardani kelas:7che no:36 sekolah;smpn 7 ska
pandit durna adalah seorang pandita yang dari negara antasangin. dia mempunyai sudara angkat yg bernama bambang sucitra. waktu muda ia bernama Bambang Kumbayana. ayahanda pandhita Durna bernama resi Baratmadya & ibunya bernama dewi Kumbini. pandhita Durna adlh guru dari pndhawa &Kurawa.
Gambar wayang diatas adlh Pandhita Durna. Ia adlh putra dari Resi Baratmadya. Sewaktu muda bernama Bambang Kumbayana. Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra. Tetapi Ia telah pergi ke tanah jawa. Pandhita Durna adlh bguru dari Pandhawa &Kurawa.
Nama:Lee Youri Mikhaelia No:18 kelas:7 che. sekolah:SMP N7 SKA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa. Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan. Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada. Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna. Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa. Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi. Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja. Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna. Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu NAMA: ARIN RATI KELAS: 7A NO.ABSEN: 04 SMPN 7 SURAKARTA
WAYANG DIATAS ADALAH RESI DURNA ketika muda ia be rnama BAMBANG KUMBAYANA ia mempunyai sebuah senjata pusaka yaitu PANAH SENGKALI.Ia berasal dari negara ASTANGIN.Ia menikahi KAREPI adik dari KAREPA seorang guru kraton HANESPA.
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna. Semasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan. Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa. NAMA:ARIN RATI NO :04 KELAS :7A SEKOLAH:SMP N 7 SKA
panditha durna saat muda bernama Bambang Kumbayana adalah putra resi baratmadya dan ibunya bernama Dewi Kumbini.Dia adalah guru Pandawa dan Kurawa.dia berasal dari negara Atasangin.mempunyai senjata panah sengkali.Ia mempunai saudara angkat bernama Bambang Sucitra.dia mempunyai sifat tinggi hati,sombong,congkak,banyak bicara,bengis namun kecerdikan,kecakapan,dan kesaktianya sangat luar biasa.
Nama:Nilasari Heryanawati No:20 kelas:7 che Sekolah:smp 7 surakarta
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Gambar tersebut adalah Pandita Durna.Pendeta Durna berasal dari kerajan Antasangin.Pada waktu mudanya dia bernama Bambang Kumbayana.Dia putra dari Resi Barathmadya dengan Dewi Kumbini.Dia berwatak sombong,bengis,dan banyak bicara.Tetapi kecakapan,kecerdikan,kepandaian,dan kesaktiannya luar biasa.Serta sangat mahir dalam siasat perang pandhita.Durna adalah guru dari Pendawa dan Kurawa,Tetapi dia lebih memihak pada Kurawa.
Pandhita Durna waktu muda bernama Bambang kumbayana.Ia adalah putra Resi Baratmadya dan Dewi Kumbini.Dia berasal dari negara Atasangin.Dia menjadi Guru Pandawa dan Kurawa.Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra. Resi Durna mempunyai sifat sombong,tinggi hati,banyak bicara tetapi kecerdikan dan kesaktianya dalam siasat perang memang luar biasa.
Nama:Jeseus Biru.G No :15 kelas:7C Sekolah:SMP N 7
Gambar ini adalah Pandhita Durna. Berasal dari Antasangin. Putra dari Resi Barathmadya dengan Dewi Kumbini. Saudaranya bernama Bambang Sucitra. Pandhita Durna berwatak bengis,sombong,banyak bicara. Tetapi kepandaiannya,kecerdikannya,dan kesaktiannya luar biasa. Pandhita Durna guru Pandawa dan Kurawa.
NAMA: PRIMANINDIA KLS: 7A NO.ABSEN:26 Pandhita Durna lebih memihak Kurawa.
DAYANG DURNA Dayang Durna/Resi Durna semasa muda bernama Bambang Kambayan, beroman cakap dan sakti berasal dari Atasangin, memiliki saudara angkat bernama Bambang Sucitro. Meninggalkan tanah Jawa. Datang seekor kuda sembrani hingga akhirnya berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilotama. Memiliki anak bernama Bambang Aswatama. Memiliki murid sejati bernama Werkudoro. Mulanya hanya diperdaya, tetapi malah menjadi kesempurnaan dari petunjuk Dewa Ruci. Dalam perang Baratayuda, Durna tewas oleg Raja Brustajumena, kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwanya.
Nama : NIKEN TL No. Absen : 21 Kelas : 7B SMP Negeri 7 Surakarta
NAMA : SEPYIANA LESTARI KELAS:7C NO :29 SMPN 7 SURAKARTA Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa. Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Adalah Dayang Durna,semasa muda bernama Bambang Kumbayana.Memiliki saudara bernama Bambang Sucitra .Kumbayana berasal dari Atasangin.Dia meninggalkan Tanah Jawa.Suatu hari dia bertemu seekor kuda sembrani,lalu berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilotama.Ia memiliki anak bernama Bambang Aswatawa.Kumbayana memilki murid sejati bernama Werkudara.Mulanya Werkudara hanya diperdaya tetapi malah menjadi kesempurnaan bagi Werkudara dari pentunjuk Dewa Ruci,dalam perang Baratayuda,durna tewas oleh Raden Drustajumena terkena tusukan keris yang telah kemasukan jiwanya. MANA ANNISA AMINATUS S. NO 5 KELAS 7B SEKOLAH SMP NEGERI 7 SURAKARTA.
DAYANG DURNA semasa mudanya bernama BAMBANG KUMBAYANA & memiliki sodara bernama BAMBANG SUCITRA .Dia berasal dari atas angin & meninggalkan tanah jawa . Suatu hari dia bertemu seekor kuda sembrani & menjadi bidadari bernama DEWI WILOTAMAH .DURNA tewas oleh RADEN DRUSTA TAJUMENAH .
NAMA:PUTRI CHYNTIA W NO :24 KELAS :7B SEKOLAH:SMP NEGERI 7 SKA.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa. Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan. Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahDengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna. melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Nama : Novia Laraswati Kelas : 7A No :24 SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Wayang ITu bernama Resi Durna Durna nama pd waktu mudanya ialah Bambang Kumbayana adlh putra Resi Baratmadya dr Hargajembangan dgn Dewi Kumbuni. Ia mempunyai saudara seayah dan seibu yaitu Arya kumbaka & Dewi Kumbayani> Durna memiliki wayak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian & kesaktiannya luar biasa. Durna dipercaya menjadi guru anak2 pandhawa & kurawa. Durna mempunyai pusaka sakti yaitu keris Cundamanik & panah Sangkali ( diberikan kpd Arjuna ). Istri Resi Durna adalah Dewi Krepi putri prabu Purungaji raja negara Tempuru. dan punya satu org anak laki2 bernama Aswatama.Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima stlh berhasil merebut hmpr setengak wilayah negara Pancala dr kekuasaan prabu Drupada. dlm perang Bharatayuda Durna diangkat menjadi senopati Agung Kurawa stlh gugurnya Resi Bisma. Durna gugur di medan pertemouran oleh tebasan pedang Destrajumenata, putra prabu Drupada. yg memenggal putus kepalanya . konon Durna meninggal akibat dendam Ekalaya raja negara Paranggelung yg arwahnya menyatu di tubuh Destrajumenata.
Wayang ini bernama Pendeta Durna, guru Pandawa dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra. Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama.Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana (kaum pendeta Hindu).Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun(modifikasi dari kata Dehra-Droon, guci tanah liat).Yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi diluar tubuh manusia,yakni dalam Droon (tong atau guci). Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada.Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat, dan Dupada dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengh kajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala. Durna menikahi Krepi, guru di Keraton Hastinapura. Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Tokoh tersebut adalah Pendeta Durna RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA :LIANA NUR FADHILAH NO :18 KLS :VII A SMPN 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. mempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang. Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna ) Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma. Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. mempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang. Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna ) Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma. Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
Siapa yang ndha kenal tokoh satu ini, tokoh wayang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita Mahabarata. Perannya begitu sentral dan penting menjadikan tokoh ini terkenal di dalam dunia perwayangan. Dalam cerita mahabarata Pandhita Drona/ Durna ini sepak terjangnya tidak dapat di sepelekan sama sekali.
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya. NAMA:DEVITA.INDRASWARI KLS :7B NO :14 SMPN 7 SKA Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu. NAMA : OCHY SETIAWAN NO : 21 KELAS : 7C SMPN 7 SKA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
nama:jihad sudartiono no :16 kls :7c DAHYANG DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu. NAMA : OCHY SETIAWAN NO : 21 KELAS : 7C SMPN 7 SKA
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
NAMA : ARIFA N F NOMOR : 8 KELAS : 7B SEKOLAH : SMPN 7 SKA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa. alip kelas=7b Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan
Wayang ini bernama Pendeta Durna,guru Pandawa dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra,Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama. Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari Pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun. Yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi di luar tubuh manusia,yakni dalam Droon. Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja,Panchala. Durna menikahi Krepi,guru di Keraton Hastina,Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
pada semasa mudanya durna bernama Bambang Kumbayana,merupakan seorang yang tampan namun menjadi cacat karena dianiaya oleh Gandamana,durna berasal dari Atasangin tetapi menetap di Astina dan menjadi guru Kurawa dan Pandawa,ayahnya Resi Baratmadya dan ibunya Dewi Kumbini,istrinya bernama Karepi,dan mempunyai anak bernama Aswatama.Pada saat perang baratayudha durna menjadi senopati tangguh dari pihak Kurawa.namun gugur oleh keris Destajumena yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang ingin balas dendam pada Durna.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : safrina chaq NOMOR : 32 KELAS : 7F SMP N 7 SKA
Keesokan harinya perang dimulai lagi dan kedua belah pihak telah mempersiapkan gelar perang masing-masing. Genderang perang sudah ditabuh dan gelar perang telah dibentuk. Yang menjadi senapati Astina adalah Pendeta Durna. Adapun yang menjadi senapati di pihak Pandawa adalah Raden Drustajumena, putra dari Prabu Drupada, adik Srikandi dan Drupadi, Adik Ipar Puntadewa dan Arjuna. Kedua pihak pasukan telah diperintahkan untuk bergerak untuk maju.
Para prajurit Pendawa diperintahkan oleh Drustajumena agar menyerang Pendeta Durna selaku pimpinan perangnya sehingga apabila mereka berhasil maka Kurawa akan kehilangan semangat dan pada akhirnya akan dapat dengan mudah dikalahkan.
Drustajumena berpikir bahwa Pendeta Durna hanyalah guru yang melatih olah kanuragan dan olah senjata dari Pendawa dan Kurawa pada saat kecil, dan belum tentu sakti. Akan tetapi pikiran itu segera pupus saat dilihatnya Pendeta Durna yang dikeroyok oleh pasukan Pendawa dan dihujani oleh banyak anak panah ternyata tidak terluka sama sekali. "tubuhnya pasti kebal" Pikir Drustajumena.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa.
Gambar di atas adalah Resi Durna Penjelasan: Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa.
Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa.
nama:cinthia bella purnomo no:09 kelas:7e RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Menurut Margareta; pendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawa tetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saat pertempuran antara pandhawa dan kurawa karena kurawa lebih skti dari pada pandhawa sebetulnya memang pandhawa
Nama : Margareta Sefiawati No Absen : 21 Kelas : 7D SMP Negeri 7 Surakarta
Menurut Anggita ; RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Nama: Anggita Tri J No Absen : 08 Kelas : 7D SMP Negeri 7 Surakarta
Menurut Dinari : Keserakahan Durna (Bambang Kumbayana) terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna (Bambang Kumbayana) terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu kesalahannya. Dalam crita versi Jawa, sebenarnya Durna (Bambang Kumbayana) itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana
Nama ; Dinari Novia R No Absen : 12 Kelas ; 7D SMP Negeri 7 Surakarta
nama: Ryan Satria Ramadhan klas/no: 7D/30 SMPN 7 SURAKARTA
Nama wayang di atas adalah DURNA. Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana(kaum pendeta Hindu).Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun,yang berarti bahwa ia berkembang bukan di dalamrahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci). Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata.Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Ganggauntuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim. Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Kepribadian Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud kerisbernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Riwayat Durna waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama. Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah. Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudulGandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa).
Drona dalam Bharatayuddha Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
Nama wayang tersebut adalah RESI DURNA ::Waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana ::Putra dari Resi Baratmadya dengan Dewi Kumbini. ::Berasal dari Hargajembangan ::Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. ::Berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang. ::Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. ::Mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). ::Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. ::Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. ::Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. ::Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. ::Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Rahayu Sari
kelas VII E/28 SMPN 7 SKA
Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Saat para Korawa dan Pandawa menyelesaikan pendidikannya, Drona menyuruh agar mereka menangkap Raja Drupada yang memerintah Kerajaan Panchala dalam keadaan hidup-hidup. Duryodana, Dursasana, Wikarna, dan Yuyutsu mengerahkan tentara Hastinapura untuk menggempur Kerajaan Panchala, sementara Pandawa pergi ke Kerajaan Panchala tanpa angkatan perang. Arjuna menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan Drona. Drona mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada, dan separuhnya lagi dikembalikan kepada Drupada. Dengan dendam membara, Drupada melaksanakan upacara untuk memohon anugerah seorang putera yang akan membunuh Drona dan seorang puteri yang akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah Drestadyumna, pembunuh Drona dalam Bharatayuddha, dan Dropadi, yang menikahi Arjuna dan para Pandawa.
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama. Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
NAMA: NIKEN WIDIYASTUTI NO : 26 KLS : 7E WAYANG ini adalah wayang RESI DURNA Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Tokoh pewayangan diatas adalah Resi Durna, beliau semasa mudanya sangat tampan dan namanya Bambang kumbayana, ia berasal dari Atasangin.
Beliau merana mencari saudara angkatnya yang bernama Bambang Sucitra pergi ke tanah Jawa, hambatanpun banyak terjadi yaitu akan menyeberang lautan takkan sangup untuk melewatinya, kemudian beliau mengadakan sayembara siapa saja yang bisa menyeberangkan untuk sampai ke Tanah Jawa, kalau Laki-laki akan dijadikan saudara sinarawedi tetapi kaluan perempuan akan dijadikan isteri. Kemudian datanglah seekor kuda betina yang tak lain adalah yang akan menyeberangkan Resi Durna.
Lama dalam perjalanan yang dinaiki Resi Durna itu kuda atau bukan akhirnya kuda tersebut mengandung, yang akhirnya lahir seorang bayi laki-laki yang di beri nama Bambang Aswatama.
Setelah kuda melahirkan berubahlan kuda tersbut menjadi seorang bidadari yang bernama Dewi Wilutama lalu pergi terbang menuju angkasa.
Setelah beliau ketemu saudara angkatnya Bambang Sucitra yang bertahta sebagai Prabu Drupada, pada saat itu di Balai agung ada pasamuan yang mengakibatkan Prabu Gamndamana Marah karena Kakak iparnya di hina oleh Bambang Kumbayana, yang akhirnya Bambang Kumbayan diseret keluar lalu dihajas habis-habisan oelh Prabu Gandamana yang akhirnya menjadi ciri pada bagian tangannya.
Setelah itu Bambang Kumbayana diruh tinggal di Sukolimo dengan nama Dahyang Durna, dan diangkat menjadi pendeta dan guru segenap Kurawa dan Pendawa.
Tokoh pewayangan diatas adalah Resi Durna, beliau semasa mudanya sangat tampan dan namanya Bambang kumbayana, ia berasal dari Atasangin.
Beliau merana mencari saudara angkatnya yang bernama Bambang Sucitra pergi ke tanah Jawa, hambatanpun banyak terjadi yaitu akan menyeberang lautan takkan sangup untuk melewatinya, kemudian beliau mengadakan sayembara siapa saja yang bisa menyeberangkan untuk sampai ke Tanah Jawa, kalau Laki-laki akan dijadikan saudara sinarawedi tetapi kaluan perempuan akan dijadikan isteri. Kemudian datanglah seekor kuda betina yang tak lain adalah yang akan menyeberangkan Resi Durna.
Lama dalam perjalanan yang dinaiki Resi Durna itu kuda atau bukan akhirnya kuda tersebut mengandung, yang akhirnya lahir seorang bayi laki-laki yang di beri nama Bambang Aswatama.
Setelah kuda melahirkan berubahlan kuda tersbut menjadi seorang bidadari yang bernama Dewi Wilutama lalu pergi terbang menuju angkasa.
Setelah beliau ketemu saudara angkatnya Bambang Sucitra yang bertahta sebagai Prabu Drupada, pada saat itu di Balai agung ada pasamuan yang mengakibatkan Prabu Gamndamana Marah karena Kakak iparnya di hina oleh Bambang Kumbayana, yang akhirnya Bambang Kumbayan diseret keluar lalu dihajas habis-habisan oelh Prabu Gandamana yang akhirnya menjadi ciri pada bagian tangannya.
Setelah itu Bambang Kumbayana diruh tinggal di Sukolimo dengan nama Dahyang Durna, dan diangkat menjadi pendeta dan guru segenap Kurawa dan Pendawa.
Nama :Rizky Fitriyani No :30 Kelas:VII E SMP 7 Surakarta
Gambar diatas adalah RESI DURNA
Resi Durna adalah putra dari pendeta Bharadwaja (keluarga Brahmana). Semasa mudanya, Resi Durna bernama Bambang Kumbayana, berasal dari Negeri Atasangin. Kala itu, dia mempunyai sahabat, yang kemudian menjadi raja di negeri yang terpisahkan laut dengan Atasangin.Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra. Ketika Kumbayana bermaksud menyusul sahabatnya itu, dia terhenti di pinggir laut, dan keluarlah sumpahnya yaitu barangsiapa yang bisa membantunya menyeberang, bila laki-laki diangkat saudara, bila wanita dijadikan isterinya. Datanglah seekor kuda Sembrani, yang sesungguhnya jelmaan bidadari bernama Dewi Wilutama, membantunya menyeberang, dengan cara terbang melintasi lautan. Setelah sampai di seberang, lahirlah bayi yang diberi nama Bambang Aswatama, dan Wilutama kembali ke kahyangan.Dengan terbang secepat kilat.
Tinggallah Kumbayana yang harus merawat anaknya, meneruskan mencari sahabatnya yang telah menjadi raja. Sampai di istana, Kumbayana tidak mengindahkan tatakrama, ingin segera menemui sahabatnya.Tapi sia-sia hasilnya.
Akibatnya, patih negeri itu, yang bernama Gandamana,(Gandamana saudara ipar Prabu Drupada) sangat marah, dan menghajar Kumbayana hingga fisiknya cacat, dan diusir pergi. Terlunta-lunta sambil membesarkan anaknya, Kumbayana melatih ilmu kanuragan, kemudian bergelar Pendita Durna atau Resi Durna. Berkat ketekunannya, Resi Durna mumpuni dalam ilmu kanuragan. Dalam pengembaraannya, suatu hari Durna bertemu anak-anak keluarga Hastina yang masih remaja, yaitu Kurawa dan Pendawa, yang sedang bermain dan kehilangan bola mereka, yang jatuh ke dalam sumur mati. Mereka tidak bisa mengambilnya. Resi Durna menunjukkan kemahirannya, mengambil bola itu dengan menggunakan ujung rumput yang dilempar berturut-turut menancap pada bola, sambung menyambung menjadi tali. Berkat kesaktiannya, Durna diangkat menjadi guru yang mengajar Pendawa dan Kurawa, dan selanjutnya menetap di Hastina. Aswatama juga ikut bermukim di Hastina.Prabu Drupada mendengar kejadian itu sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawat & tinggal di Sokalima,bernama Dahyang Durna.
Dalam Perang Bharatayudha, Durna membela Kurawa, dan gugur di tangan Drestajumena.
Tokoh ini bernama Resi DRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA:LUTHFIA NUR FITRIANA KELAS:7E/23 wayang ini adalah RESI DURNA yang waktu muda nya bernama BAMBANG KUMBAYANA adalah putra dari RESI BARAT MADYA dari HARGA JEMBANGAN dengan KUMBINI RESI DURNA berwatak tinggi hati,sombong,congkak,banyak bicara nya tetapi kecakapannya kepandaian nya luar biasa ,karena kesaktian dan kematian nya RESI DURNA menjadi guru anak-anak PANDHAWA dan KURAWA.RESI DURNA mempunyai pusaka sakti yang berwujud keris bernama CUNDAMANIK dan panah SANGKALI ,RESI DURNA menikah dengan DEWI KREPI, putra PRABU PURUNG AJI.Dalam perang BARATHA YUDA RESI DURNA di angkat menjadi SENAPATI AGUNG KURAWA,setelah gugur nya RESI BISMA .RESI DURNA mahir dalam siasat perang dan selalu tepat.RESI DURNA gugur dei MEDAN PERTEMPURAN oleh TEBASAN PEDANG DRESTAJUMENA putra dendam prabu EKALAYA RAJA negara PARANGGELUNG yang arwah nya menyatu dalam tubuh DRESTAJUMENA.
Tokoh ini bernama Resi DRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Resi Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Kumbayana berasal dari Kraton Antasangin. Resi Durna meruakan Pandhita Sokolima baik Kurawa maupun Pandawa. Bambang Kumbayana adalah putra dari Resi Baratmadya. Kumbayana mempunyai saudara yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Kumbayana memiliki kesaktian yang tidak sakti dengan Resi Bisma. Maka Bambang Kumbayana di pilih menjadi guru oleh Anuragan di Astina.
Nama : Alfia Uke Tahara No : 03 Kelas : 7E Sekolah : SMP N 7 Ska
Pandeta Dorna/ Rasuderna
Kalahiran jeung awal kahirupan Dorna
Dorna dilahirkan ti kulawarga brahmana (kaum pandita Hindu). Manéhna mangrupakeun anak ti pandita Baradwaja, nu lahir di dayeuh anu kiwari disebut Dehradun (modifikasi tina kecap dehra-dron, kendi taneuh liket), anu mibanda harti yén manéhna (Dorna) tumuwuh lain dina jero pianakan, tapi di luar awak manusa, nyaéta dina Droon (gentong atawa kendi). Carita kalahiran Dorna dilalakonkeun sacara dramatis dina Mahabarata, Buku I: Adiparwa; Sambawaparwa, Bagian CXXXI. Dina buku kasebut dicaritakeun Baradwaja indit babarengan jeung rombonganana nuju ka walungan Gangga pikeun susuci. Di dinya manéhna nempo widadari anu geulis kawanti-wanti datang pikeun mandi. Sang pandita dikawasa ku napsu nu ngabalukarkeun manéhna ngaluarkeun cai mani anu pohara lobana. Manéhna nandéan cai mani kasebut kana hiji kendi anu disebut drona, sarta tina cai kasebut lahir Dorna. Dorna méakkeun mangsa ngorana dina kaayaan tuna ku harta. Dorna ogé diajar ageman jeung élmu jurit babarengan jeung saurang pangéran ti Karajaan Pancala nu ngaranna Drupada. Drupada jeung Dorna satuluyna sosobatan. Dina mangsa keur budak, Drupada jangji rék mikeun satengah karajaanana ka Dorna lamun manéhna jadi Raja Pancala. Dorna ngadahup ka Krépi, adina Krépa, saurang guru di karaton Astinapura. Krépi jeung Dorna ngabogaan anak nu dingaranan Aswatama.
Kapribadian
Resi Dorna miboga watek adigung, songong, bengis, sarta réa ngomong tapi kaparigelan, kecerdas, kapinteran sarta kasakténna luar baisa sarta pohara mahér dina élmu perang. Alatan kasaktén sarta kamahérna dina olah jurit, Dorna dipercaya jadi guru para Pandawa sarta Kurawa. Manéhna miboga pusaka sakti nu wujudna keris nu ngaranna Keris Cundamanik sarta panah Sangkali (dibikeun ka Arjuna).
Riwayat
Bagawan Dorna, nu waktu ngorana boga ngaran Bambang Kombayana, téh nyaéta anakna Resi Baratmadya ti Hargajembangan jeung Déwi Kumbini. Manéhna miboga dulur nu ngaranna Arya Kumbayaka sarta Déwi Kumbayani. Dorna jadi guruna para Kurawa jeung Pandawa. Murid kameumeutna nyaéta Arjuna. Resi Dorna ngadahup ka Déwi Krépi, putri Prabu Purungaji, raja nagara Tempuru, sarta meunang turunan anak lalaki nu dingaranan Bambang Aswatama. Manéhna hasil ngadegkeun padépokan Sokalima sanggeus junun ngarebut ampir satengah wewengkon nagara Pancala tina kakawasaan Prabu Drupada. Dina lalampahanana néangan Sucitra, manéhna henteu bisa meuntas walungan sarta ditulungan ku hiji kuda ngapung pawujudan Déwi Wilutama, anu disupata ku déwa. Supata éta baris lekasan lamun aya saurang satria mitresna manéhna kalayan ihlas. Alatan pitulungna, mangka sang Kombayana mitresna kuda bikang éta. Tapi alatan kabawa napsu, Kombayana sapatemon jeung kuda Wilutama nepi ka reuneuh, sarta jaga ngalahirkeun anak nu kasép tapi miboga suku kawas kuda (maké sapatu kuda), anu saterusna dibéré ngaran Aswatama. Sanggeus papanggih jeung Sucitra anu geus jadi raja sarta boga gelar Prabu Drupada, manéhna henteu diaku salaku baraya sepaguron. Kombayana ambek ngarasa dihina, saterusna balik ngécé ka Raja Drupada. Tapi Mahapatih Gandamanah (Patih di Astinapura, waktu pamaréntahan Pandu) jadi amarah sahingga lumangsung peperangan anu henteu saimbang. Sanajan Kombayana pohara sakti tétéla kasakénna jauh kénéh di sahandapeun Gandamanah anu ngabogaan Aji Bandung Bandawasa (ajian ieu diturunkeun ka murid kadeudeuhna, Raden Brataséna) anu ngabogaan kakuatan satanding jeung sarébu gajah. Kombayana jadi bulan-bulanan sahingga awakna ruksak. Tapi manéhna henteu mati sarta ditulungan ku Sangkuni anu nasibna sarua (baca sempalan Mahabarata anu dijudulan Gandamana Luweng). Ahirna manéhna ditarima di Astinapura sarta dipercaya ngatik barudak turunan Barata (Pandawa sarta Kurawa).
RESI DURNA resi durna dlu pd wkt muda brnm bambang kumbayana. brsl dr negri atas angin.durna lalu menyebrangi lautan,dan prgi ke tanh jawa,kmudian resi durna mngapdi pd ngastina,lalu menikah dngn dwi wilutama mrk pun mmpunyai seorang ank brnm aswatama,yg lalu maju ke medan perang BHARATHAYUDHA dan akhirnya gugur.
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Nama : Savitri Rizki Romadhon No.Absen : 33 Kelas : 7E Sekolah : SMP Negeri 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama : Ayu Puspita Ningtyas No :7 Kelas :7E Tokoh wayang diatas adalah Resi Durna
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA : AMINI SALAMAH NO : 5 KELAS : 7D SMP N 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Resi Durno masa mudanya bernama Bambang Kumbayana,ia putra dari Resi Brata Madya dengan DEWI kUMBINI,dari pertapan Hargajembangan .Kumbayana yang mempunyai sifat takabur,sombong tinggi hati,namun dibalik itu Bambang Kumbanyana memiliki kercedasan,kecerdikan,keuletan,kecakapan,serta kesaktian yang luar biasa dan mahir dalam siasat perang.
Resi durna menikah dengan seorang bidadari yang bernama Dewi Wilotama dan dikaruniyai seorang anak bernama Bambang Aswatama.Dengan kepandean dan kesaktiannya Resi Durna mendirikan padepokan Sakolima.Resi Durna diangkat menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna dalam membimbing slalu berbeda. Pandawa dibimbing dengan keras dalam olah keprajuritan lain dengan Kurawa dengan santai sehingga ilmu yang didapat sedikit. Alkisah dalam perang BARATAYUDA Resi Durna dinobatkan menjadi senopati perang Kurawa.Reai Durna gugur dalam pertempuran,karena terpenggal lehernya oleh Drestajumena putra Prabu Drupada.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri. Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama. Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada. Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa. Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya. Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama : fajar bahari kelas : 7d smpn 7 surakarta no 14
begawan durna
nama muda bambang kubayana bapak : barat madya atau barat wadya istri : batari wilutomo negara : ngatas angin atau ngatas maruto anak : raden bambang aswatama
wayang ini adalah pendeta durna durna adalah tokoh sakti yang sejak pandawa dan kurawa kecil diserahi tanggung jawab mengajari olah raga dan olah batin .pendeta durma dikenal sakti didaerah antasanggin .durma ketika masih muda bernama bambang kumbayana.
saroni 7E 32 RESI Durna yang waktu muda nya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.Resi Durna mempunyai saudara bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
RESI DURNA berwatak tinggi hati,bengis,sombong,congkak,cerewet,tetapi kecakapan,kercedikan,kesaktian,kepandaiannya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Resi Durna dipercaya menjadi guru anak Pandawa dan Kurawa.RESI DURNA mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali.
Dia menikah dengan Dewi Krepi putri Prabu purungaji raja negara Tempuru dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negera Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perang Baratayuda RESI DURNA diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.RESI DURNA gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena.Putra prabu Drupada,yang memenggal putus kepalanya.Konon kematian Resi Durna akibat dendam prabu Ekalaya raja negara Paranggelung.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa. Nama :kholis istiqomah no :21 kelas:7E
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna). Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada. Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuspendeta durna
BalasHapuspendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawa
tetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saat
pertempuran antara pandhawa dan kurawa karena
kurawa lebih skti dari pada pandhawa
sebetulnya memang pandhawa
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama :febrina dinda agustin
kelas:7B
nomer absen:17
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982
Nama :Ilham Alfathoni
Kelas:7.C
Nomer Absen:14
Sekolah:SMPN 7
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA:BISMOKO RAHADRIAN SUSENO
BalasHapusNO : 12
KELAS:7B
sekolah: SMPN 7 SKA
wayang ini bernaa pendeta dorna
sejarah nya wayang ini ialah:
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
nama :bismoko rahadrian suseno
BalasHapusno : 12
kelas : 7b
sekolah : SMPN 7 surakarta
PENDETA DORNA
dorna pada waktu muda ia bernama bambang kumbayana,bambang kumbayana beroman cakap dan sakti.Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
egitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
mbang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden.
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
nama :realdy bagus
BalasHapuskelas : 7b
sekolah : SMPN 7 surakarta
PENDETA DORNA
dorna pada waktu muda ia bernama bambang kumbayana,bambang kumbayana beroman cakap dan sakti.Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
egitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
mbang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden.
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
nama :Stepanus Teguh Putro S
kelas :7b
no :30
dahyang durna
BalasHapusDahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Nama : Arlion Richo Victoris
No Absen: 9
Kelas : 7B
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna yang dulunya bernama Bambang Kumbayana.
Kumbayana mempunyai saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul Sucitra, akan tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata “barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.”
Beberapa saat kemudian, datanglah seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berubah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai di Cempalareja,yaitu negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan berserulah dia, “Sucitra, Sucitra!”
Ipar Prabu Drupada yaitu Gandamana, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap kurawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Nama : RM. Bangkit bara kristiawan nugroho
Kelas : 7 f
No : 29
Nama : Muhammad Syamsuri
BalasHapusKelas : 7F
Nomor Absen : 20
Sekolah : SMPN 7 Ska
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusR
BalasHapusDayang Durna.
BalasHapusPada masih muda bernama Bambang Kumbayana yg berasal dari Antasangin.
Ia putra dari Resi Baratmadya.Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambamg Sucitra . Namun telah meninggalkan negerinya /tanah jawa.
Lalu Kumbayana pergi menyusul ,tetapi edih karena tidak ada prahu untuk menyeberangi laut. Dia mempunyai ujar yg keluar dari bibirnya bahwa, " barang siapa yg dapat membantuku menyeberang tana jawa ,jika laki -laki kuangkat menjadi saudaraku dan perempuan akan kujadikan istri.Setelah itu datanglah seekor kuda bersayap , lalu kuda itu dpat menyeberangkannya tiba di Pulau Jawa kuda itu berudah menjadi permasuri cantik,dan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama, lalu kuda itu pulang ke khayangan. Kumbayana sampai di negeri Cempulareja yg di dalamnya dihuni oleh raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata Bambang Sucitra.Bambang Kumbaya bersikap kurang sopan terhadap raja .Sehingga dibenci oleh Prabu Gandamana ,dan lalu dianiaya hingga cacat.
Nama : Sri Lestari
No : 30
Kelas : 7C
Sekolah : SMP N 7 SKA
Nama : JIN HEE LING
BalasHapusKELAS : 7F
NO.ABSEN : 11
SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Tokoh siapakah ini ? Berikan ringkasan / sejarah dari tokoh wayang tersebut !
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Gambar Wayang diatas adlh Pandhita Durna.
BalasHapusIa berasal dari Antasangin
Ia adlh putra dari Resi Baratmadya.
Ia mempunyai saudara bernama Bambang Sucitra.
Bambang Sucitra prgi k Pulau Jawa & bertakhta di Cempalareja.
Bambang Sucitra bergelar Prabu Drupada.
Pndhita Durna adlh guru dari Pandhawa& Kurawa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustokoh ini adalah resi durna
BalasHapusdengan ringkasan sbb :
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
dipostingkan oleh :
nama : putri fitria damayanti
kelas : 7c
no : 25
smp n 7 solo
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDurna yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna (Bambang Durna (Bambang Kumbayana)) mempunyai saudara seayah-seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.Durna (Bambang Kumbayana) berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang.pendhita durna adalah guru dari pandawa & kurawa tetapi pendhita durna lebih memihak pada kurawa.
nama:Yosua Herbi Pradika
no.absen:34
kelas:7C
SMPN7 ska
Nama: D iva Dimitriko
BalasHapusNo Absen: 6
K elas: 7C
SMP Negeri 7 Surakarta
Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa.
Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Nama : Elisabeth Dian Artika Cahya
BalasHapusNo : 12
Kelas : 7A
SMP N 7 SKA
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana
sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
SAYA YULIUS 7b pendeta durna sebagai musuh pandhawa karena memihak kurawa yang dianggap nya lebih kuat dari pandawa.ternyata setelah perang pandhawa lah yang menang pendeta durna menyesal akan hal itu......
BalasHapusnama:eka yunan
BalasHapusno.:11
kelas:7a
pendeta durna adalah guru dari pandawa dan kurawa ,ia terkenal sakti.
nnnnnnnnn
BalasHapusResi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
komentar di atas di post kan oleh :
BalasHapusRosa Aprilia. Kelas VII C/ 27 SMPN 7 SKA
Drustajumena berpikir bahwa Pendeta Durna hanyalah guru yang melatih olah kanuragan dan olah senjata dari Pendawa dan Kurawa pada saat kecil, dan belum tentu sakti. Akan tetapi pikiran itu segera pupus saat dilihatnya Pendeta Durna yang dikeroyok oleh pasukan Pendawa dan dihujani oleh banyak anak panah ternyata tidak terluka sama sekali. “tubuhnya pasti kebal” Pikir Drustajumena.
BalasHapusEsti Aswatama mati
Prabu Kresna yang melihat dari jauh usaha prajurit Pendawa sia-sia untuk mengalahkan Pendeta Durna memanggil Bima untuk mendekat. Tidak jauh dari situ ada seorang raja dari Malawapati dipihak Kurawa yang sedang berperang naik gajah yang bernama Aswatama. Prabu Kresna membisikan perintah kepada Bima agar Bima membunuh gajah Raja itu dan apabila telah berhasil Bima harus berteriak dengan lantang “Aswatama mati! “
Pendeta Durna yang sedang menghadapi pengeroyoknya mendengar teriakan salah seorang prajurit Pendawa “Aswatama mati!” Sangat terkejut dan menangis. Dewa..! Anaknya yang semata wayang telah mati! Anak yang dibesarkanya sendiri tanpa ibu itu kini telah mati!
Durna mencoba mendekati Bima dan Arjuna dan menanyakan apakah benar anaknya Aswatama telah mati? . Bima dan Arjuna hanya terdiam dan mengangguk.
Pada saat itu Bima baru menyadari ide cemerlang dari Prabu Kresna.
Ternyata Prabu Puntadewa menolak untuk berbohong karena selama hidupnya dia tidak pernah berdusta. Akhirnya Prabu Kresna meminta kepada Prabu Puntadewa agar tidak berbohong nanti menjawab dengan kalimat “Esti Aswatama mati” yang artinnya ‘Gajah Aswatama mati’. Kemudian Prabu Kresna bersemadi untuk memohon kepada Dewa agar rencananya berhasil.
Pendeta Durna yang terlihat bersedih itu mendatangi Prabu Puntadewa dan bertanya dengan sedihnya apakah benar Aswatama telah mati?. Kemudian Prabu Puntadewa menjawab dengan perlahan “Esti Aswatama mati”. Pendeta Durna yang percaya Puntadewa tidak pernah berbohong mendengar jawaban itu bagai disambar petir karena Puntadewa mengatakan “Mesti, Aswatama mati”. Pendeta Durna yang sangat sedih jatuh tersungkur pingsan di kereta perangnya. Para Dewa di angkasa bersorak sorai ramai dan mengatakan satu dengan yang lain bahwa Pendeta Durna telah mati.
Prabu Kresna yang melihat Pendeta Durna pingsan segera memberi tanda kepada Pendawa untuk menuntaskannya. Namun tidak satupun Pendawa yang bergerak melaksanakan perintah itu. Mereka masih menghormati Pendeta Durna sebagai guru mereka, sehingga tidak ada yang berani melakukannya.
Melihat Pandawa diam saja, Raden Drustajumena yang saat itu menjadi Senapati perang segera mengambil tindakan, tidak boleh kesempatan ini di sia-siakan. Dia melompat ke kereta perang Pendeta Durna kemudian dengan sekali tebas dipotongnya leher Pendeta Durna dan kepala Pendeta Durna dibuat mainan olehnya , ditendang tendang dan dilempar-lempar karena senangnya ia telah berhasil membunuh Pendeta Durna.
Raden Drustajumena benar-benar lupa bahwa Pendeta Durna atau Bambang Kumbayana adalah masih saudara dengan Ayahnya yaitu Prabu Drupada atau Sucitra. Para Pendawa tidak begitu senang dengan perlakuan Raden Drustajumena itu dan menegurnya. Raden Drustajumena yang ditegur itu merasa malu dan segera melemparkan Kepala Pendeta Durna ke pihak Kurawa.
Ternyata kepalanya jatuh tidak jauh dari Prabu Suyudana sedang duduk, ia sangat terkejut bukan kepalang, bagaimana mungkin guru Kurawa dan Pandawa yang sakti itu dapat dikalahkan??
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDalam wiracarita Mahabharata, Drona (Sanskerta: द्रोण, Droṇa) atau Dronacharya (Sanskerta: द्रोणाचार्य, Droṇāchārya) adalah guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Drona terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama.
BalasHapusDrona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Saat perang di Kurukshetra berkecamuk, Drona menjadi komandan pasukan Korawa. Ia merencanakan cara yang curang untuk membunuh Abimanyu pada pertempuran di hari ketiga belas.
ebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
di post oleh : Ariestika Baktian Hapsari
kelas VII C / 02 SMP 7 ska
nama : ari anton
BalasHapusno : 1
kelas : 7c
SMPN 7 SKA
RESI DURNA
Pendheta durna adalah guru dari pandhawa dan kurawa. tetapi kurawa lebih kuat. jadi pendeta durna lebih memihak kurawa saat perang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : DHandi Hananto
BalasHapusNo : 5
Kels : 7 c
SMPN 7 SKA
PENDETA DURNA
Pendheta durna adalah guru dari pandhawa dan kurawa. Pendeta Durna mendukung kurawa karena lebih sakti. Saat perang kurawa kalah dan pendeta Durna menyesali perbuatannya
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
NAMA :KHOIRUNNISA
NO :17
KELAS :7C
SMPN7 Ska
nama :megan toro ginanjar
BalasHapusno:20
kls:7b
Resi Durna dulu pada waktu muda bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari negeri Atasangin. Resi Durna lalu menyeberangi lautan, dan pergi ke tanah jawa, kemudian Resi Durna mengabdi kepada Ngastina lalu menikah dengan Dewi Wilutama. Merekapun mempunyai seorang anak bernama Aswatama yang lalu maju ke medan perang Bharatayudha dan akhirnya gugur.
BalasHapusNama: Sujiyati
Kelas: 7c
No: 31
Pandhita Durna merupakan Pandhita di Sokalima,guru dari putra-putra raja Astina,baik Kurawa maupun Pandawa.Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru oleh kanuragan di Astina.
BalasHapusPendita Durna adalah satria yang elok parasnya, karena kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dihajar patih Gandamana hingga badannya cacat. Setelah itu pendeta Durna melamar pekerjaan menjadi pendeta di Astina dan menjadi guru dari Pandawa dan Kurawa. Yang mengangkat Durna menjadi pandeta dan guru di Astina adalah atas prakarsa Resi Bisma dan Prabu Destarastra. Murid yang dicintai Durna adalah Raden Arjuna dan Bima. Berkat Pendeta Durna, Bima berhasil mendapatkan Tirta Pawitra Suci dan Arjuna menjadi pandai memanah. Pandeta Durna gugur dalam Perang Barathayuda oleh Drestajumena. Pandeta Durna adalah seorang senopati yang ulet dan sakti.
BalasHapusPendita Durna adalah satria yang elok parasnya, karena kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dihajar patih Gandamana hingga badannya cacat. Setelah itu pendeta Durna melamar pekerjaan menjadi pendeta di Astina dan menjadi guru dari Pandawa dan Kurawa. Yang mengangkat Durna menjadi pandeta dan guru di Astina adalah atas prakarsa Resi Bisma dan Prabu Destarastra. Murid yang dicintai Durna adalah Raden Arjuna dan Bima. Berkat Pendeta Durna, Bima berhasil mendapatkan Tirta Pawitra Suci dan Arjuna menjadi pandai memanah. Pandeta Durna gugur dalam Perang Barathayuda oleh Drestajumena. Pandeta Durna adalah seorang senopati yang ulet dan sakti.
BalasHapusNama : Cahyanto Onky Saputro
Kelas : VII-C
No : 3
Pendeta Durna terkenal sakti di Negara Atasangin.
BalasHapusDurna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana.
Pendeta Durna adalah guru dari Pandawa dan Kurawa.
Nama : Devi Gita Rahmawati
BalasHapusKelas : 7c
No : 04
Sekolah : SMPN 7 SKA
Nama Panggilan : Gita
Wayang ini adalah wayang Durna
Durna adalah tokoh sakti yang dari sejak Pandawa dan Kurawa kecil diserahi tanggung jawab mengajari "olah raga" dan "olah batin". Sebagai maha guru durna tetap saja dihinggap sikap tak adil (sama dengan guru dimana saya), yaitu sayang kepada murid yang pintar. Murid yang pintar adalah arjuna (dan puluhan nama lain yang merujuk ke tokoh ini) menjadi murid yang paling dikasihi oleh durna karena "Kepintaran" atau "kepringelan" arjuna. Sya dapat menambahkan sebab lain yaitu karena arjuna "pintar ambil hati". Selain itu perlu ditambahkan "fisik" dari arjuna yang tampan membuat semacam hallo effect.
Durna juga dikenal liak. Licik dapat diartikan sebagai lian (baca: Cerdik), sebagaimana liciknya kresna yang sama-sama punya jabatan penasihat. Jelas kresna itu licik dan tak adil karena seorang dewa memihak, padahal kurawa hanya memperjuangkan hak tahta kerajaan.
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Nama : Ari Setyawan
BalasHapusKelas : 7 B
No Absen : 7
Gambar wayang tersebut adalah pendeta durna.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut :
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Nama : Ari Setyawan
BalasHapusKelas : 7 B
No Absen : 7
Gambar wayang tersebut adalah pendeta durna.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut :
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Nama : Ari Setyawan
BalasHapusKelas : 7 B
No Absen : 7
Gambar wayang tersebut adalah pendeta durna.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut :
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Nama : Ari Setyawan
BalasHapusKelas : 7 B
No Absen : 7
Gambar wayang tersebut adalah pendeta durna.
Kisah singkatnya adalah sebagai berikut :
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
Pandeta durna saat masih muda bernama Bambang Kumbayana ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra.Tetapi Bambang Sucitra telah pergi dari negrinya atau dari tanah Jawa.pandeta durna adalah guru dari pandawa dan kurawa.pandeta durna meninggal pada saat perang Baratayuda. Nama:FauzanNurRifai No absen:10 Kelas:7c Sekolah:SMPN 7 SURAKARTA
BalasHapusNama : Yehezkiel Foni PW
BalasHapusKelas : 7B
No : 33
Ini adalah gambar pendeta Durna, guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama.
Durna dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Durna) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi Raja Panchala.
Durna menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Nama : Ryan Ega Anastasius
BalasHapusKelas : VII C
No Absen : 28
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Ochy Setiawan/21/7C/SMPN 7 SKA
Nama : Dwithi Mirawani Kartini
BalasHapusKlas : 7 C
Nomer : 7
SMP Negeri 7 Ska
Panndita Durna
Disaat muda bernama Bambang Kumbayana putra dari Resi Baratmadya dari kerajaan Hargojembangan.
Durna merupakan penasehat Kurawa yaitu di negara Astina, Durna mempunyai sifat suka mengadu dombam, licik, sombong akan kemampuanya
Durna juga merupakan guru dari keluarga Pandawa dan Keluarga Kurawa untuk mengajarkan ilmu kesaktiannya, Arjuna adalah merupakan murid kesayangannya.
Durna kawin seekor kuda betina, dan mendapatkan seorang anak laki-laki bernama Aswatama.Sebenarnya istrinya bukan seekor kuda semata namun dia sebetulnya seorang bidadari dari kayangan yang bernama Dewi Krepi
Sebenarnya antara Kurawa dan Pandawa adalah masih ada hubungan persaudaraan,namun demikian karena ulah sang Durna yang suka mengadu domba maka menjadikan kedua keluarga yang masih bersaudara ini bertengkar sampai terjadi peperangan yang besar yaitu perang Baratayuda.
Nama: Yohana Ayu Setyaningrum
BalasHapusKelas: 7B
Nomor: 35
Gambar wayang diatas adalah Pandita Durna, yaitu guru dari Pandawa maupun Kurawa
Pandita Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Nama:falyra RR
BalasHapusVIIB/16
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
NAMA : EDSA LUDWUINA SERENO GOMES
NO : 8
KLS : 7F
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama:Linda T.G
No : 13
Klas: 7f
Gambar wayang tersebut adalah pendeta durna.
BalasHapusKisah singkatnya adalah sebagai berikut :
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
NAMA: NOVIA EKA D
KLS : 7F
NO : 24
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setib
BalasHapusanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana
sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa
NAMA:MONIKA SEKAR R
KLS :7F
NO :16
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
BalasHapusKetika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
NAMA:ANNISA NUR ALIFA PRAMESTI
KLS: 7B
NO.ABSEN: 6
SMPN 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA: GALUH ENDAH SARI
KELAS: 7A
NO: 14
SMP N 7 SKA
PENDETA DURNA yang waktu mudanya bernama KUMBAYANA putra dari Prabu Baratwaja dengan Dewi Kumbini yang berada di kerajaan Atas Angin . .
BalasHapuspada waktu kecil kumbayana beroman bagus dan sakti mandraguna tapi ,,sayang orangnya sombong dan nakal .
Ia mempunyai saudara ankat yang bernama Sucitra yang telah meninggalkan negaranya untuk pergi ke tanah jawa ,,lalu Kumbayana menyusul tetapi setelah sampai di tepi lautan ia berhenti sejenak dan Bersedih ,,karena tdk ada Perahu yang mau menyebrangkannya ..
Lalu ia mengatakan "Siapapun yg mau menyebrangkanku klau dia lki" akn dijadikan saudara tetapi klau dia prempuan akn dijadikan istrinya.
Sesampainya di kerajaan PANCALARADYA ia memanggil" nama Sucitra tapi nama itu sudah di ganti dengan Prabu Drupada ,,lalu prabu drupada mempunyai patih yg brnma GANDAMANA ,,GANDAMANA MRAH KRENA KUMBAYANA TDK SPAN LALU KUMBAYANA DI HAJAR OLEHN GANDAMANA ..
Nama :Vania Vida Aulya
klass:7 F
no. :35
Skul :SMPN 7 SKA
NAMA :DESTYANA RIKA AYUK ANGGRAENI
BalasHapusNO :8
KELAS :7A
SMP NEGERI 7 SKA
DAHYANG DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Perang Bharatayuda adalah perang besar yang melibatkan banyak negara serta berbagai sosok dan karakter yang saling bertempur. Perang Bharatayuda adalah perang saudara yang tidak hanya mengadu fisik untuk meraih kemenangan, namun kemantapan niat, kecondongan hati, huru-hara emosi, bergumul memperebutkan jati diri. Perang Bharatayudha membuat banyak tokoh-tokoh yang berperan didalamnya menjadi “menderita” karena hatipun ikut berperang antara bisikan nurani melawan “keterpaksaan” mengangkat jiwa ksatria.
BalasHapusDiantara tokoh-tokoh yang “setengah hati” dalam menjalani perang besar itu adalah Resi Bhisma, Begawan Durna, Prabu Salya dan Adipati Karna.
Uraikan bagaimana sebenarnya kiprah mereka dalam perang Bharatayudha ! (hubungan persaudaraan antara pihak yang berperang Pandawa-Kurawa, upaya yang telah dilakukan menghindari perang tuk menciptakan perdamaian, peranan dan kontribusi serta perbedaan antara sikap hati dengan sikap tindakan
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Pradmitha W.N.P [ 7c , 23, smp n 7 ska]
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusmempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang.
Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna )
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma.
Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
NAMA : APHRODITE GITA SMARADAHANA
KELAS: 7A
NO.ABSEN: 03
SMPN 7 SURAKARTA
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA :NOVIETA FAJARIA
KELAS: VII A
NO.ABSEN: 25
SMPN 7 SURAKARTA
RESI DURNA
BalasHapusResi Durna mudanya bernama Bambang Kumbaya.
Resi Durna berwatak;tinggi hati,congkak,sombong,bengis,banyak bicara,tetapi kecakapan,keerdikan,kepandaian dan kesaktiannya luar biasa,serta sangat msahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam keprajuritan,Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Korawa.
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi,putri Prabu Purungaji,raja negara Tempuru,dan memperoleh seorang putra bvernama Bambang Aswatama.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang.
Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Nama : Nisa Nanda A
No : 22
Kelas : 7B
nama : riza khurotur rohmah
BalasHapusno : 28
kls : 7F
sekolah:SMPN 7 SKA
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Nama : Angel Kusuma Permatasari
BalasHapusKelas: 7B
No : 4
Ini adalah pendeta Durna,guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra. Arjuna adalah murid yang disayanginya. kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswantama.
Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota dehraduh (modifikasi dari guci tanah liat)yang berarti bahwa Durna berkembang bukan dari dalam rahim manusia melainkan di luar tubah manusia yakni dalam droon (tong atau guci)
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun ia belajar agama dan militer bersamadengan pangeran dari kerajaan panchala bernama Drupada.
Drupada dan Durna kemudian menjadi sahabat,dan drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan separo kerajaannya kepada Durna pada saat Drupada menjadi raja Panchala.
Durna menikahi Krepai,guru di kraton Hastinapura dan mereka memiliki putra bernama Aswatama.
Nama : Maretha Elistyana
BalasHapusKelas : 7F
No : 14
Ini adalah gambar Pendeta Durna,guru Pendeta dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra.Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama.
Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana (kaum pendeta hindu). Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun (modifikasa dari kata Dehra-Droon,guci tanah liat),yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi di luar tubuh manusia,yakni dalam Droon (tong atau guci).
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari kerajaan Panchala bernama Drupada.
Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala.
Durna menikahi Krepi,guru di Keraton Hastinapura. Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Nama : Selvy Lutfiana
BalasHapusNo : 31
kelas : 7A
SMP N 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama :Tri Wahyu Setyaningsih
BalasHapusNo :33
Kelas :7A
SMPN 7Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Pandhita Durna merupakan Pandhita di sakalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik kurawa maupun pandawa . kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna di pilih sebagai guru oleh kanuragaan di Astina
BalasHapusNAMA : RETNO INDAH P.
NO : 26
KELAS : 7B
SEKOLAH : SMPN 7 SKA.
Resi Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, memiliki saudara yang bernama Bambang Sucitra. Wrekudara anak murid yang setia mulanya Wrekudara di perdaya akan tetapi menjadi kesempurnaan bagi Wrekudara .dalam perang Baratayudha Durna tewas oleh raden Drustajumenang terkena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa prabu Palgunadi yang membekas dendam pada Durna.
BalasHapusNAMA : PUTRI CHYNTIA W
NO : 24
KELAS : 7B
SEKOLAH : SMPN 7 SKA
dewi
BalasHapusRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : DEWI ROFIANI
NOMOR : 09
KELAS : VII A
SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Nama : Gadis Prihatin Wahyu S
BalasHapusno : 10
kelas: 7f
Resi Durna adalah putra dari Baratwaja & Dewi Kumbini memiliki saudara angkat bernama Bambam Sucitra yang meninggalkan negerinya ke Tanah Jawa Kumbayana yang menyusul bingung saat di tepi samudra tidak ada perahu yang mengantar kemudian ia berkaqta jika laki-laki yang bisa mengantarnya akan dijadikan saudara bila perempuan dijadikan istri,munculah kuda betina bersayap yang mengantarnya samnpai ke seberang kuda itu melahirkan anak laki-laki bernama Aswatama dan kuda itu berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilutama. Kumbayana pun sampai ke Cempalareja(Cempala Radya0 yang diperintah oleh prabu Drupada yang ternyata adalah Bambang Sucitra, Kumbayana pun bersifat seenaknya oleh sebab itu ia dianiaya oleh Gandamana, hal itu diketauhi Drupada dan Kumbayana pun dirawat dan diberi nama Durna dan menjadi mahaguru pandhawa dan kurawa.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSiapa yang tidak kenal tokoh satu ini, tokoh wayang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita Mahabarata. Perannya begitu sentral dan penting menjadikan tokoh ini terkenal di dalam dunia perwayangan. Dalam cerita mahabarata Pandhita Drona/ Durna ini sepak terjangnya tidak dapat di sepelekan sama sekali.
BalasHapusPendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
Seorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
NAMA : TIARA ANNISA ROHMAH
NO : 34
KELAS: 7 F
SMP NEGERI 7 SURAKARTA
Nama : Nadya Anggun .P
BalasHapusKelas : 7A
Nomor : 22
Wayang ini adalah gambar pendeta Durna, guru para Korawa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk dewāstra. Arjuna adalah murid yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah yang kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap puteranya, Aswatama.
Durna dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Durna) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Kisah kelahiran Durna diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Durna lahir kemudian dirawat. Durna kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Durna menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
TUGAS KESENIAN DAERAH
BalasHapusPENDETA DORNA
Pendeta Dorna kuwi saka Kerajaan Atas Angin putrane Prabu Baratwaja. Isih cilik jenenge Kumbayana, bagus rupane. Didawuhi karo ramane, Pendeta Dorna diutus pados ilmu kanoragan karo kasantikan (kawruh lan kasekten). Ngantos dumugi negari Ngastina. Pendeta Dorna suwita dhateng Prabu Pandhu Dewanata. Ngantos dipun angkat dados gurunipun putro-putro negari Ngastina. Pendeta Dorna dipun angkat dados guru besar maringi piwulang bab ilmu kautaman. Putro Ngastina wonten cacah 2 kelompok, yaiku kelompok Kurawa ingkang cacahipun 100 lan kelompok Pandhawa ingkang cacahipun 5 sami-sami dados murid. Putro Kurawa mboten ngestokaken dawuh piwulang gurunipun, pramila dados murid ingkang nggadahi watak candala angkara murka. Ananging putro Pandhawa remen ngestokaken dawuhipun guru, pramila dados satria kang utomo. Pendeta Dorna punika nggadahi watak guru ingkang sejati, mboten milah-milahaken lan mboten emban cinde emban ciladan.
Nama: Diar Bagus Yurianto
Kelas : VII-F
Nomor : 06
Pendeta Dorna
BalasHapusResi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Riwayat
Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama.
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah.
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa).
Drona dalam Bharatayuddha
Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
Nama : Dika Wahyu W
Kelas : 7F
Nomor : 05
Pendeta Dorna
BalasHapusResi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Riwayat
Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama.
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah.
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa).
Drona dalam Bharatayuddha
Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
nama : dika wahyu .w.
kelas : 7f
nomor : 05
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna.
BalasHapusSemasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa.
Nama : Nina Suhartanti
Kelas : 7 F
Nomor : 23
Sekolah : SMP N 7 Surakarta
Ini adalah tokoh pendeta Durna, guru para Korowa dan Pandawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran, termasuk Dewastra. Arjuna adalah murid yang disayanginya.
BalasHapusDurna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota dehraduh (modifikasi dari guci tanah liat)yang berarti bahwa Durna berkembang bukan dari dalam rahim manusia melainkan di luar tubah manusia yakni dalam droom (tong atau guci)
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : Muslihatin Nur Azizah
NOMOR : 21
KELAS : VII F
SEKOLAH : SMPN 7 SURAKARTA
Pendeta Dorna
BalasHapusResi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Riwayat
Bhagawan Drona atau Dorna (dibaca Durna) waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama.
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah.
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudul Gandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa).
Drona dalam Bharatayuddha
Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
Pelajaran yang dapat diambil dari sini adalah bagaimanapun saktinya sang resi, beliau sangat sayang terhadap keluarganya sehingga termakan tipuan dalam peperangan yang mengakibatkan kematiannya.
nama : hasto priananto
kelas : 7c
nomor : 12
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna.
BalasHapusSemasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa.
Nama : HASTO PRIANANTO
Kelas : 7 C
Nomor : 12
Sekolah : SMP N 7 Surakarta
wayang di atas adlh Resi Durna
BalasHapusSemasa kecilnya ia bernama Bambang Kumbayana.ia mempunyai watak bengis dan sombong tetapi ia mahir dalam mengatur siasat perang.Ia mempunyai senjata pusaka yaitu Panah Sangkali.ia diangkat menjadi Senapati Kurawa,setelah gugurnya Resi Bisma.Resi durna menikah dengan Krepi dan mempunyai anak bernama Bambang Aswatama
NAMA:MUHAMAD EDWIN RIFAI
NO ABSEN:20
KLAS:7A
SMP N 7 SKA
RESI DURNA
BalasHapusResi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA: ZULFINA AULIA WAHIDAH
NO: 36
KELAS: 7A
SMP N 7 SKA
NAMA:NIKEN KRISTYANINGRUM
BalasHapusKELAS:7A
NO ABSEN:23
Nama wayang tersebut adalah RESI DURNA.Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra.Arjuna adalah murid yang disukainya.Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan kasih sayang terhadap putranya,Aswata.
Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana(kaum pendeta hindu).Ia merupakan putra dari pendeta Bharatwaja,lahir dikota Dehradun(modifikasi dari kata Dehra-Droon,guji tanah liat),yang berarti bahwa ia (Durna)berkembang bukan dalam rahim,namun diluar tubuh manusia,yakni dalam Droon(tong/guci).
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari kerajaan Panchala bernama Drupada.
Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikansetengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala.
Durna menikahi Krepi,adik Krepa,guru di keraton Hastinapura.Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Nama: tutik dwi ambarwati
BalasHapusNo Absen: 32
K elas: 7C
SMP Negeri 7 Surakarta
Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa.
Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusResi Durna.
BalasHapusResi Durna adalah guru dari Pandhawa dan Kurawa.Pada waktu muda Resi Durna bernama Bambang Kumbayana dia adalah putra dari Resi Baratmadya.Dia mempunyai saudara angkat yang bernama Bambang Sucitra.Bambang Kumbayana berwatak:Sombong,Angkuh,bengis tetapi dia mempunyai kelebihan yaitu pandai dalam siasat perang.karena kepandaianya itulah dia diangkat menjadi guru dari Pandhawa dan Kurawa. Dia mempunyai pusaka berwujud keris cundamanik dan panah sangkali. Pusaka itu di berikan kepada Janaka.Tetapi Resi Durna lebih condong berpihak pada Kurawa.Resi Durna mempunyai anak bernama Bambang Aswantana.Dalam perang Barata yudha dia diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa.Resi Durna meninggal di bunuh oleh Drestajumena yang tubuhnya dimasukki oleh arwah Prabu Ekalaya.
NAMA :Prayudha Ashfary M.
KELAS :7F
NO :26
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
NAMA:BRYANT AGATHA
NO:7
KELAS:7A
SMPN 7 SKA
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
nama:bryant agata
no absen:7
kelas:7a
smpn 7 ska
Wayang di atas adalah RESNI DURNA
BalasHapusRESNI DURNA sewaktu masih muda bernama Bambang Kumbayana .Resni Durna adalah guru dari PANDAWA dan KURAWA.Durna menikahi Kerepi.adik Karepa.guru di kraton Hastipura.
Tetapi Bambang Kumbayana mempunyai watak ;sombong,dan angkuh tetapi dia mempunyai kelebihan yaitu pandai dalam siasat perang.
NAMA;DHANY WAHYU PRATAMA
KELAS;7A
NO;IO
SMP N 7 SKA
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
dia adalah resi durna waktu muda dia bernama bambang kumbaya dia berwatak sombong,angkuh,tetapi pandai dalam siasat perang. resi durna adalah guru dari pandawa dan kurawa. resi durna menikahi karepi yaitu adik karepa guru kraton hastipura dan memperoleh anak bernama bambang aswantana
BalasHapusnama;abror AMARULLAH.
kelas;7b.
nomor;1.
SMPN 7 SKA.
Nama :Mumpuni Luvy A
BalasHapusNo :21
Kelas :7A SMPN 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama :Sakinatun Nisa' Hayati
BalasHapusKelas :7A
No :30
SMPN 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA:KRISNA AYU NINGTYAS
NO:17
KELAS:7A
SMP N 7 SKA
Nama :Annisa Dipinta H.C
BalasHapusNo :2
Kelas :7A
SMPN 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : DIMAH WIDYANINGSIH
NOMOR : 7
KELAS : 7F
SMP N 7 SKA
Nama :Rizka Sabilla D
BalasHapusKelas :7A
No :28
SMPN 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Tokoh diatas adalah RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusRingkasan Sejarah Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Nama:Shelly Rina Putri
Kelas:7A /32
SMPN 7 SKA
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
BalasHapusKisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata.[1] Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
nama : riska setyaningsih
kelas : 7A
SMP N 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama: Melando Yoga Adhitama
Kelas: 7 C
No.Absen: 19
ESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
posting diatas ditulis oleh;
BalasHapusErma Yulaikhah
kelas VII A /13 SMP 7 SKA
RESI DURMO waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
pendeta durnapendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawatetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saatpertempuran antara pandhawa dan kurawa karenakurawa lebih skti dari pada pandhawa sebetulnya memang pandhawa
nama;yanuar amelia suci kusumawardani
kelas:7che
no:36
sekolah;smpn 7 ska
nama:fransisca julia kristiani.
BalasHapusno:11
kelas:7c
pandit durna adalah seorang pandita yang dari negara antasangin.
dia mempunyai sudara angkat yg bernama bambang sucitra. waktu muda ia bernama Bambang Kumbayana. ayahanda pandhita Durna bernama resi Baratmadya & ibunya bernama dewi Kumbini. pandhita Durna adlh guru dari pndhawa &Kurawa.
resi durna ketika muda bernama bambang kumbayana ia mempunyai senjata pusaka yaitu panah sengkali ia menikahi karepi adik karepa guru kraton hanespa.
BalasHapusNAMA:Ignatius Eko H.B.S.
NO Absen:16
Kelas:7A
SMPN 7 SKA.
Gambar wayang diatas adlh Pandhita Durna.
BalasHapusIa adlh putra dari Resi Baratmadya.
Sewaktu muda bernama Bambang Kumbayana.
Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra.
Tetapi Ia telah pergi ke tanah jawa.
Pandhita Durna adlh bguru dari Pandhawa &Kurawa.
Nama:Lee Youri Mikhaelia
No:18
kelas:7 che.
sekolah:SMP N7 SKA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
BalasHapusKumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu NAMA: ARIN RATI
KELAS: 7A
NO.ABSEN: 04
SMPN 7 SURAKARTA
WAYANG DIATAS ADALAH RESI DURNA ketika muda ia be
BalasHapusrnama BAMBANG KUMBAYANA ia mempunyai sebuah senjata pusaka yaitu PANAH SENGKALI.Ia berasal dari negara ASTANGIN.Ia menikahi KAREPI adik dari KAREPA seorang guru kraton HANESPA.
NAMA:WIDIANTO
ABSEN:34
KELAS:7A
SMPN 7 SKA.
Gambar wayang diatas adalah Resi Durna.
BalasHapusSemasa dia muda bernama Bambang Kumbayana, Dia seorang yang tampan dan sakti,dia berasal dari Antasangin,beliau mempunyai sodara angkat yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Sucipta telah meninggalkan negri Antasangin,menyebrangi lautan persi ke tanah jawa. Lalu Bambang Kumbayana menyusul Bambang Sucitra ketanah Jawa. Tapi setiba ditepi samudra tidak ada prahu untuk menyebrang ketanah Jawa. Dia bersaksi apabila ada seseorang yang menyebrangkannya, jika laki-laki akan dijadikan sodara dan jika perempuan akan dijadikan istri. Setelah Bambang Kumbayana bersaksi tiba-tiba ada seekor kuda betina bersayap dating, dia bersedia untuk menyebrangkan Bambang Kumbayana. Ditunggangilah kuda betina itu sampai ketanah Jawa. Sesampainya ditanah Jawa Kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kemudian kuda bersayap tadi berubah menjadi seorang bidadari cantik yang bernama Dewi Wilutama. Lalu ia kembali terbang keangkasa Kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah disalah satu negri yang bernama Campalareja yang diperintah oleh Raja yang bernama Prabu Drupada. Dan ternyata Prabu Drupada itu adalah Bambang Sucitra saudaranya sendiri. Maka Bambang Kumbayana berprilaku seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar prabu Drupada sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana lalu Bambang Kumbayana disiksa oleh Raden Gandamana sampai badannya cacat, Prabu Drupada terlambat mengetahui kejadian itu kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada dan ia disuruh pindah di Soka Lima dan merubah namanya menjadi Durna. Lalu akhirnya ia mengadu dinegeri Astina dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, Maha Guru keluarga Kurawa dan Pandawa. NAMA:ARIN RATI
NO :04
KELAS :7A
SEKOLAH:SMP N 7 SKA
panditha durna saat muda bernama Bambang Kumbayana adalah putra resi baratmadya dan ibunya bernama Dewi Kumbini.Dia adalah guru Pandawa dan Kurawa.dia berasal dari negara Atasangin.mempunyai senjata panah sengkali.Ia mempunai saudara angkat bernama Bambang Sucitra.dia mempunyai sifat tinggi hati,sombong,congkak,banyak bicara,bengis namun kecerdikan,kecakapan,dan kesaktianya sangat luar biasa.
BalasHapusNama:Nilasari Heryanawati
No:20
kelas:7 che
Sekolah:smp 7 surakarta
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
nama: olivia paramitha
kls: 7c
no: 22
smp 7 ska
Gambar tersebut adalah Pandita Durna.Pendeta Durna berasal dari kerajan Antasangin.Pada waktu mudanya dia bernama Bambang Kumbayana.Dia putra dari Resi Barathmadya dengan Dewi Kumbini.Dia berwatak sombong,bengis,dan banyak bicara.Tetapi kecakapan,kecerdikan,kepandaian,dan kesaktiannya luar biasa.Serta sangat mahir dalam siasat perang pandhita.Durna adalah guru dari Pendawa dan Kurawa,Tetapi dia lebih memihak pada Kurawa.
BalasHapusNAMA:ARISKA
KLS;7A
Absen:5
Pandhita Durna waktu muda bernama Bambang kumbayana.Ia adalah putra Resi Baratmadya dan Dewi Kumbini.Dia berasal dari negara Atasangin.Dia menjadi Guru Pandawa dan Kurawa.Ia mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra. Resi Durna mempunyai sifat sombong,tinggi hati,banyak bicara tetapi kecerdikan dan kesaktianya dalam siasat perang memang luar biasa.
BalasHapusNama:Jeseus Biru.G
No :15
kelas:7C
Sekolah:SMP N 7
Gambar ini adalah Pandhita Durna.
BalasHapusBerasal dari Antasangin.
Putra dari Resi Barathmadya dengan Dewi Kumbini.
Saudaranya bernama Bambang Sucitra.
Pandhita Durna berwatak bengis,sombong,banyak bicara.
Tetapi kepandaiannya,kecerdikannya,dan kesaktiannya luar biasa.
Pandhita Durna guru Pandawa dan Kurawa.
NAMA: PRIMANINDIA
KLS: 7A
NO.ABSEN:26
Pandhita Durna lebih memihak Kurawa.
DAYANG DURNA
BalasHapusDayang Durna/Resi Durna semasa muda bernama Bambang Kambayan, beroman cakap dan sakti berasal dari Atasangin, memiliki saudara angkat bernama Bambang Sucitro. Meninggalkan tanah Jawa. Datang seekor kuda sembrani hingga akhirnya berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilotama. Memiliki anak bernama Bambang Aswatama. Memiliki murid sejati bernama Werkudoro. Mulanya hanya diperdaya, tetapi malah menjadi kesempurnaan dari petunjuk Dewa Ruci. Dalam perang Baratayuda, Durna tewas oleg Raja Brustajumena, kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwanya.
Nama : NIKEN TL
No. Absen : 21
Kelas : 7B
SMP Negeri 7 Surakarta
NAMA : SEPYIANA LESTARI
BalasHapusKELAS:7C
NO :29
SMPN 7 SURAKARTA
Tokoh ini bernam Pandhita Durna disebut juga
Kumbayana beristrikan Bathari Wilutama dan
berputra Aswatama bertempat tinggal di Sokalima. Pandhita Durna adalah penasehat sekaligus guru dari Korawa, sebagai guru Durna mempunyai sifat tidak adil terhadap murid-muridnya termasuk Pandawa.
Semula Durna adalah seorang kesatriya yang tampan parasnya, tetapi karena sikapnya yang kurang sopan dan tidak bisa menempatkan diri maka dia dihajar oleh Patih Gandamana, sehingga seluruh badanya cacat, Pandhita Durna gugur dalam perang Baratayuda oleh Thrustajumena (adik Srikandhi).
Adalah Dayang Durna,semasa muda bernama Bambang Kumbayana.Memiliki saudara bernama Bambang Sucitra .Kumbayana berasal dari Atasangin.Dia meninggalkan Tanah Jawa.Suatu hari dia bertemu seekor kuda sembrani,lalu berubah menjadi bidadari bernama Dewi Wilotama.Ia memiliki anak bernama Bambang Aswatawa.Kumbayana memilki murid sejati bernama Werkudara.Mulanya Werkudara hanya diperdaya tetapi malah menjadi kesempurnaan bagi Werkudara dari pentunjuk Dewa Ruci,dalam perang Baratayuda,durna tewas oleh Raden Drustajumena terkena tusukan keris yang telah kemasukan jiwanya.
BalasHapusMANA ANNISA AMINATUS S.
NO 5
KELAS 7B
SEKOLAH SMP NEGERI 7 SURAKARTA.
DAYANG DURNA semasa mudanya bernama BAMBANG KUMBAYANA & memiliki sodara bernama BAMBANG SUCITRA .Dia berasal dari atas angin & meninggalkan tanah jawa . Suatu hari dia bertemu seekor kuda sembrani & menjadi bidadari bernama DEWI WILOTAMAH .DURNA tewas oleh RADEN DRUSTA TAJUMENAH .
BalasHapusNAMA:PUTRI CHYNTIA W
NO :24
KELAS :7B
SEKOLAH:SMP NEGERI 7 SKA.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahDengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Nama : Novia Laraswati
Kelas : 7A
No :24
SMP NEGERI 7 SURAKARTA
RIZKI RK
BalasHapusNO;29
KELAS : 7A
SMPN 7
Wayang ITu bernama Resi Durna
Durna nama pd waktu mudanya ialah Bambang Kumbayana adlh putra Resi Baratmadya dr Hargajembangan dgn Dewi Kumbuni. Ia mempunyai saudara seayah dan seibu yaitu Arya kumbaka & Dewi Kumbayani> Durna memiliki wayak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian & kesaktiannya luar biasa. Durna dipercaya menjadi guru anak2 pandhawa & kurawa. Durna mempunyai pusaka sakti yaitu keris Cundamanik & panah Sangkali ( diberikan kpd Arjuna ). Istri Resi Durna adalah Dewi Krepi putri prabu Purungaji raja negara Tempuru. dan punya satu org anak laki2 bernama Aswatama.Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima stlh berhasil merebut hmpr setengak wilayah negara Pancala dr kekuasaan prabu Drupada. dlm perang Bharatayuda Durna diangkat menjadi senopati Agung Kurawa stlh gugurnya Resi Bisma. Durna gugur di medan pertemouran oleh tebasan pedang Destrajumenata, putra prabu Drupada. yg memenggal putus kepalanya . konon Durna meninggal akibat dendam Ekalaya raja negara Paranggelung yg arwahnya menyatu di tubuh Destrajumenata.
NAMA : RATIH PUSPITA DEWI
BalasHapusNO : 27
KLS : 7F
Wayang ini bernama Pendeta Durna, guru Pandawa dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra. Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama.Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana (kaum pendeta Hindu).Ia merupakan putra dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun(modifikasi dari kata Dehra-Droon, guci tanah liat).Yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi diluar tubuh manusia,yakni dalam Droon (tong atau guci).
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada.Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat, dan Dupada dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengh kajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja Panchala.
Durna menikahi Krepi, guru di Keraton Hastinapura. Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
Nama : Erita Nawan Sari
BalasHapusKelas : VII C
No : 08
Tokoh tersebut adalah Pendeta Durna
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Pendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
BalasHapusNAMA : ROSALIA SEKAR ARUM
KELAS : 7B
NO.ABSEN: 29
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA :LIANA NUR FADHILAH
NO :18
KLS :VII A
SMPN 7 SKA
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : LIANA NUR FADHILAH
NO ABSEN: 18
KELAS : 7A
SMP N 7 SKA
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
BalasHapusSeorang Pendhita atau seorang pemuka agama/guru agama/guru secara umum merupakan seorang yang harusnya bisa menjadi panutan murid-muridnya. Seseorang guru yang bisa menuntun anak-anak didiknya bahkan secaranalar menjadi panutan masyarakat sekitarnya untuk bisa menjadi lebih baik.
Tetapi dengan mengutus Bima untuk mencari air Perwita Sari yang kata guru Durna merupakan air sumber kehidupan - yang sebenarnya itu tidak ada - bahkan dengan mengutus Bima tersebut Durna bermaksud mencelakakan Bima. Bima sebagai murid ya manut saja karena memang tugas murid itu mematuhi perintah maupun apa yang diajarkan oleh gurunya. Apakah itu yang dinamakan guru yang baik, guru yang mencelakakan muridnya sendiri?
Keserakahan Durna terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu keslahannya. Dalam crita versi jawa, sebenarnya Durna itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana.
Akhirnya dia menemui ajalnya ditangan Maha Senapati Drestajumna dari pihak Pandhawa.
Dan sekarang, ketika melihat tokoh Pandhita Durna maka ternyata pandhita Durna itu benar-benar ada di alam nyata sekarang ini. Banyak Pemuka agama yang rela menjual kata-kata manisnya dengan di selipi kata-kata dari kitab suci yang kadang-kadang membuat saya muak-apalagi dalam konteks kampanye, dan kadang-kadang membuat saya bertanya-tanya dan meragukan mereka. Apakah ini Pandhita Durna apa bukan. Orang-orang macam itu yang membuat agama menjadi garing dan memuakan.
Sekali lagi nobody perfect, begitu pula Pendhita Durna. Semua orang butuh makan dan orang harus menghormati kepada siapa yang menggaji kita, yang memberikan upah, yang memberi makan kita, bos kita. Selama bisa memeberi makan kita kenapa ngga ikut, bahkan membungkuk-bungkuk dan sedikit memeberikan dukungan kepada mereka ok2 saja lah. Dengan sedikit kata-kata manis dengan diselipi kata-kata dari kitab suci kepada publik sehingga majikan sebagai pejabat tetap dapat dipercaya publik. Publik mana yang tidak memepercayai kata-kata seorang pandhita. Kecuali kalo ketahuan itu “Pandhita Durna” :)
NAMA : ARUM SETYOWATI
KELAS : 7B
NO.ABSEN: 10
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusmempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang.
Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna )
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma.
Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
NAMA:ARUM SETYOWATI
KELAS:7B
NO.ABSEN:10
Resi Durna pada waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusmempunyai saudara kandung Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna Berwatak bengis, sombong, congkak, banyak bicaranya. Tetapi cerdik, cakap, dan pandai. Kesaktiannya luar biasa serta mahir dalam siasat perang.
Oleh karena itu Dia dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali( diberikan pada arjuna )
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi dan memperoleh putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan SDokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.Dalam perang Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya resi bisma.
Resi durna gugur dimedan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara paranggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh drestajumena.
NAMA:PRASETYO W.U
KELAS:7 C
NO.ABSEN:24
Siapa yang ndha kenal tokoh satu ini, tokoh wayang yang berperan sebagai antagonis dalam cerita Mahabarata. Perannya begitu sentral dan penting menjadikan tokoh ini terkenal di dalam dunia perwayangan. Dalam cerita mahabarata Pandhita Drona/ Durna ini sepak terjangnya tidak dapat di sepelekan sama sekali.
BalasHapusPendhita Durna merupakan pandhita di Sokalima, guru dari putra-putra raja Astina, baik Kurawa maupun Pandhawa. Kesaktiannya tidak kalah dengan Resi Bisma sehingga wajar kalau Pandhita Durna dipilih sebagai guru olah kanuragan di Astina.
Ketika kita berbicara tentang wayang terlebih kisah Mahabarata, tentu saja tidak akan lepas dari adanya beberapa versi yang tercipta. Versi asli mahabarata itu sendiri dari India. Sedang yang lainnya itu versi-versi yang sudah di bumbui dengan kearifan-kearifan lokal sehingga tercipta tokoh dan cerita yang baru yang sebelumnya tidak ada dalamversi aslinya.
NAMA:DEVITA.INDRASWARI
KLS :7B
NO :14
SMPN 7 SKA
Pandhita durna dalam versi jawa di gambarkan sebagai seorang pendhita yang tidak baik, sedang di India tokoh drona ini di hormati. meskipun begitu tidak begitu mengubah banyak cerita dalam alur mainstream-nya.
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
NAMA : OCHY SETIAWAN
NO : 21
KELAS : 7C
SMPN 7 SKA
nama:jihad sudartiono
BalasHapusno:16
kelas:7c
DAHYANG DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
nama:jihad sudartiono
BalasHapusno :16
kls :7c
DAHYANG DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
NAMA : OCHY SETIAWAN
NO : 21
KELAS : 7C
SMPN 7 SKA
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
NAMA : ARIFA N F
NOMOR : 8
KELAS : 7B
SEKOLAH : SMPN 7 SKA
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
BalasHapusKumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
alip kelas=7b
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan
NAMA : SYAFIRA ANGELA FAJRIN
BalasHapusKELAS : 7F
NO : 33
Wayang ini bernama Pendeta Durna,guru Pandawa dan Kurawa. Ia merupakan ahli mengembangkan seni pertempuran,termasuk Dewastra,Arjuna adalah muridnya yang disukainya. Kasih sayang Durna terhadap Arjuna adalah kedua jika dibandingkan dengan rasa kasih sayang terhadap putranya,Aswatama. Durna dilahirkan dalam keluarga Brahmana. Ia merupakan putra dari Pendeta Bharadwaja,lahir di kota Dehradun. Yang berarti bahwa Durna berkembang bukan di dalam rahim,tetapi di luar tubuh manusia,yakni dalam Droon.
Durna menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan,namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Durna kemudian menjadi teman dekat,dan Drupada dalam masa kecilnya yang bahagia,berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Durna pada saat menjadi raja,Panchala.
Durna menikahi Krepi,guru di Keraton Hastina,Krepi dan Durna memiliki putra bernama Aswatama.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Nama : Rio Adi P
kelas : 7B
No. 28
NAMA : NISWAH M
BalasHapusNOMOR : 23
KELAS : 7B
Dahyang Durna/ Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna
PANDITA DURNA
BalasHapuspada semasa mudanya durna bernama Bambang Kumbayana,merupakan seorang yang tampan namun menjadi cacat karena dianiaya oleh Gandamana,durna berasal dari Atasangin tetapi menetap di Astina dan menjadi guru Kurawa dan Pandawa,ayahnya Resi Baratmadya dan ibunya Dewi Kumbini,istrinya bernama Karepi,dan mempunyai anak bernama Aswatama.Pada saat perang baratayudha durna menjadi senopati tangguh dari pihak Kurawa.namun gugur oleh keris Destajumena yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang ingin balas dendam pada Durna.
nama:GINANJAR
absen:15
kelas:7A
SMPN 7 SKA.
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA : safrina chaq
NOMOR : 32
KELAS : 7F
SMP N 7 SKA
Pendeta DURNA
BalasHapusPendeta Durna menjadi Senapati Kurawa
Keesokan harinya perang dimulai lagi dan kedua belah pihak telah mempersiapkan gelar perang masing-masing. Genderang perang sudah ditabuh dan gelar perang telah dibentuk. Yang menjadi senapati Astina adalah Pendeta Durna. Adapun yang menjadi senapati di pihak Pandawa adalah Raden Drustajumena, putra dari Prabu Drupada, adik Srikandi dan Drupadi, Adik Ipar Puntadewa dan Arjuna. Kedua pihak pasukan telah diperintahkan untuk bergerak untuk maju.
Para prajurit Pendawa diperintahkan oleh Drustajumena agar menyerang Pendeta Durna selaku pimpinan perangnya sehingga apabila mereka berhasil maka Kurawa akan kehilangan semangat dan pada akhirnya akan dapat dengan mudah dikalahkan.
Drustajumena berpikir bahwa Pendeta Durna hanyalah guru yang melatih olah kanuragan dan olah senjata dari Pendawa dan Kurawa pada saat kecil, dan belum tentu sakti. Akan tetapi pikiran itu segera pupus saat dilihatnya Pendeta Durna yang dikeroyok oleh pasukan Pendawa dan dihujani oleh banyak anak panah ternyata tidak terluka sama sekali. "tubuhnya pasti kebal" Pikir Drustajumena.
nama :maria
kelas :7F
SMPN 7 SKA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
BalasHapusKumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa.
Nama : Harmani Dian Winardi
BalasHapusKelas: 7F
Nomer: 1
Gambar di atas adalah Resi Durna
Penjelasan:
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa.
Resi Durno semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa.
BalasHapusnama:cinthia bella purnomo
BalasHapusno:09
kelas:7e
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Menurut Margareta; pendeta durna adalah guru pandhawa dan kurawa
BalasHapustetapi pendeta kurna ini mendukung kurawa saat
pertempuran antara pandhawa dan kurawa karena
kurawa lebih skti dari pada pandhawa
sebetulnya memang pandhawa
Nama : Margareta Sefiawati
No Absen : 21
Kelas : 7D
SMP Negeri 7 Surakarta
Menurut Anggita ; RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Nama: Anggita Tri J
No Absen : 08
Kelas : 7D
SMP Negeri 7 Surakarta
Menurut Dinari : Keserakahan Durna (Bambang Kumbayana) terhadap dunia begitu menggila sehingga dia sudah tidak bisa melihat siapa yang benar dan salah. Keberpihakan Durna (Bambang Kumbayana) terhadap Kurawa dalam perang dahsyat Baratayudha merupakan salah satu kesalahannya. Dalam crita versi Jawa, sebenarnya Durna (Bambang Kumbayana) itu tahu kalau sebenarnya yang pantas di bela adalah Pandhawa tetapi dia lebih memilih Kurawa yang telah memberikan dia kehormatan dan jabatan sehingga dia bisa hidup makmur. Jadi antara lahir dan batinya tidak terjadi keselarasan,tidak sejalan. Dan akhirnya dia lebih memilih dunia yang telah memeberikannya kebahagiaan yang fana
BalasHapusNama ; Dinari Novia R
No Absen : 12
Kelas ; 7D
SMP Negeri 7 Surakarta
nama: Ryan Satria Ramadhan
BalasHapusklas/no: 7D/30
SMPN 7 SURAKARTA
Nama wayang di atas adalah DURNA.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana(kaum pendeta Hindu).Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja,lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun,yang berarti bahwa ia berkembang bukan di dalamrahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata.Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Ganggauntuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Kepribadian
Resi Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam berperang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud kerisbernama Keris Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Riwayat
Durna waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana, putera Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani. Ia adalah guru dari para Korawa dan Pandawa. Murid kesayangannya adalah Arjuna. Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perjalanannya mencari Sucitra, ia tidak dapat menyeberang sungai dan ditolong oleh seekor kuda terbang jelmaan Dewi Wilutama, yang dikutuk oleh dewa. Kutukan itu akan berakhir bila ada seorang satria mencintainya dengan tulus. Karena pertolongannya, maka sang Kumbayana menepati janjinya untuk mencintai kuda betina itu. Namun karena terbawa nafsu, Kumbayana bersetubuh dengan kuda Wilutama hingga mengandung, dan kelak melahirkan seorang putra berwajah tampan tetapi mempunyai kaki seperti kuda (bersepatu kuda), yang kemudian diberi nama Bambang Aswatama.
Setelah bertemu Sucitra yang telah menjadi raja dan bergelar Prabu Drupada, ia tidak diakui sebagai saudara seperguruannya. Kumbayana marah merasa dihina, kemudian balik menghina Raja Drupada. Namun Mahapatih Gandamana (dulu adalah Patih di Hastinapura, saat pemerintahan Pandu) menjadi murka sehingga terjadi peperangan yang tidak seimbang. Meskipun Kumbayana sangat sakti ternyata kesaktiannya masih jauh di bawah Gandamana yang memiliki Aji Bandung Bondowoso (ajian ini diturunkan pada murid tercintanya, Raden Bratasena) yang memiliki kekuatan setara dengan seribu gajah.
Kumbayana menjadi bulan-bulanan sehingga wajahnya rusak. Namun dia tidak mati dan ditolong oleh Sangkuni yang bernasib sama (baca sempalan Mahabharata yang berjudulGandamana Luweng). Akhirnya ia diterima di Hastinapura dan dipercaya mendidik anak-anak keturunan Bharata (Pandawa dan Korawa).
Drona dalam Bharatayuddha
Dalam perang Bharatayuddha, Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan formasi perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumena, putera Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya, raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumena. Akan tetapi sebenarnya kejadian itu disebabkan oleh taktik perang yang dilancarkan oleh pihak Pandawa dengan tipu muslihat karena kerepotan menghadapi kesaktian dan kedigjayaan sang Resi.
AHMAD FAISAL
BalasHapusNO 1
KELAS 7E
Nama wayang tersebut adalah RESI DURNA
::Waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana ::Putra dari Resi Baratmadya dengan Dewi Kumbini.
::Berasal dari Hargajembangan
::Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
::Berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang.
::Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
::Mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
::Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
::Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
::Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
::Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. ::Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
BalasHapusRahayu Sari
kelas VII E/28 SMPN 7 SKA
Kisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Saat para Korawa dan Pandawa menyelesaikan pendidikannya, Drona menyuruh agar mereka menangkap Raja Drupada yang memerintah Kerajaan Panchala dalam keadaan hidup-hidup. Duryodana, Dursasana, Wikarna, dan Yuyutsu mengerahkan tentara Hastinapura untuk menggempur Kerajaan Panchala, sementara Pandawa pergi ke Kerajaan Panchala tanpa angkatan perang. Arjuna menangkap Drupada dan membawanya ke hadapan Drona. Drona mengambil separuh dari wilayah kekuasaan Drupada, dan separuhnya lagi dikembalikan kepada Drupada. Dengan dendam membara, Drupada melaksanakan upacara untuk memohon anugerah seorang putera yang akan membunuh Drona dan seorang puteri yang akan menikahi Arjuna. Maka, lahirlah Drestadyumna, pembunuh Drona dalam Bharatayuddha, dan Dropadi, yang menikahi Arjuna dan para Pandawa.
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
Drona dilahirkan dalam keluarga brahmana (kaum pendeta Hindu). Ia merupakan putera dari pendeta Bharadwaja, lahir di kota yang sekarang disebut Dehradun (modifikasi dari kata dehra-dron, guci tanah liat), yang berarti bahwa ia (Drona) berkembang bukan di dalam rahim, namun di luar tubuh manusia, yakni dalam Droon (tong atau guci).
BalasHapusKisah kelahiran Drona diceritakan secara dramatis dalam Mahabharata. Bharadwaja pergi bersama rombongannya menuju Gangga untuk melakukan penyucian diri. Di sana ia melihat bidadari yang sangat cantik datang untuk mandi. Sang pendeta dikuasai nafsu, menyebabkannya mengeluarkan air mani yang sangat banyak. Ia mengatur supaya air mani tersebut ditampung dalam sebuah pot yang disebut drona, dan dari cairan tersebut Drona lahir kemudian dirawat. Drona kemudian bangga bahwa ia lahir dari Bharadwaja tanpa pernah berada di dalam rahim.
Drona menghabiskan masa mudanya dalam kemiskinan, namun belajar agama dan militer bersama-sama dengan pangeran dari Kerajaan Panchala bernama Drupada. Drupada dan Drona kemudian menjadi teman dekat dan Drupada, dalam masa kecilnya yang bahagia, berjanji untuk memberikan setengah kerajaannya kepada Drona pada saat menjadi Raja Panchala.
Drona menikahi Krepi, adik Krepa, guru di keraton Hastinapura. Krepi dan Drona memiliki putera bernama Aswatama.
Sebelum perang, Bagawan Drona pernah berkata, "Hal yang membuatku lemas dan tidak mau mengangkat senjata adalah apabila mendengar suatu kabar bencana dari mulut seseorang yang kuakui kejujurannya". Berpedoman kepada petunjuk tersebut, Sri Kresna memerintahkan Bhima untuk membunuh seekor gajah bernama Aswatama, nama yang sama dengan putera Bagawan Drona. Bhima berhasil membunuh gajah tersebut lalau berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona terkejut dan meminta kepastian Yudistira yang terkenal akan kejujurannya. Yudistira hanya berkata, "Aswatama mati". Sebetulnya Yudistira tidak berbohong karena dia berkata kepada Drona bahwa Aswatama mati, entah itu gajah ataukah manusia (dalam keterangannya ia berkata, "naro va, kunjaro va" — "entah gajah atau manusia"). Gajah bernama Aswatama itu sendiri sengaja dibunuh oleh Pendawa agar Yudistira bisa mengatakan hal itu kepada Drona sehingga Drona kehilangan semangat hidup dan Korawa bisa dikalahkan dalam perang Bharatayuddha.
Rahayu Sari
Kelas VII E /28 SMPN 7 SKA
NAMA: NIKEN WIDIYASTUTI
BalasHapusNO : 26
KLS : 7E
WAYANG ini adalah wayang RESI DURNA
Dahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bers
Tokoh pewayangan diatas adalah Resi Durna, beliau semasa mudanya sangat tampan dan namanya Bambang kumbayana, ia berasal dari Atasangin.
BalasHapusBeliau merana mencari saudara angkatnya yang bernama Bambang Sucitra pergi ke tanah Jawa, hambatanpun banyak terjadi yaitu akan menyeberang lautan takkan sangup untuk melewatinya, kemudian beliau mengadakan sayembara siapa saja yang bisa menyeberangkan untuk sampai ke Tanah Jawa, kalau Laki-laki akan dijadikan saudara sinarawedi tetapi kaluan perempuan akan dijadikan isteri. Kemudian datanglah seekor kuda betina yang tak lain adalah yang akan menyeberangkan Resi Durna.
Lama dalam perjalanan yang dinaiki Resi Durna itu kuda atau bukan akhirnya kuda tersebut mengandung, yang akhirnya lahir seorang bayi laki-laki yang di beri nama Bambang Aswatama.
Setelah kuda melahirkan berubahlan kuda tersbut menjadi seorang bidadari yang bernama Dewi Wilutama lalu pergi terbang menuju angkasa.
Setelah beliau ketemu saudara angkatnya Bambang Sucitra yang bertahta sebagai Prabu Drupada, pada saat itu di Balai agung ada pasamuan yang mengakibatkan Prabu Gamndamana Marah karena Kakak iparnya di hina oleh Bambang Kumbayana, yang akhirnya Bambang Kumbayan diseret keluar lalu dihajas habis-habisan oelh Prabu Gandamana yang akhirnya menjadi ciri pada bagian tangannya.
Setelah itu Bambang Kumbayana diruh tinggal di Sukolimo dengan nama Dahyang Durna, dan diangkat menjadi pendeta dan guru segenap Kurawa dan Pendawa.
Asih Fajarwai
Klas : VII E
SMP N 7 Surakarta
Tokoh pewayangan diatas adalah Resi Durna, beliau semasa mudanya sangat tampan dan namanya Bambang kumbayana, ia berasal dari Atasangin.
BalasHapusBeliau merana mencari saudara angkatnya yang bernama Bambang Sucitra pergi ke tanah Jawa, hambatanpun banyak terjadi yaitu akan menyeberang lautan takkan sangup untuk melewatinya, kemudian beliau mengadakan sayembara siapa saja yang bisa menyeberangkan untuk sampai ke Tanah Jawa, kalau Laki-laki akan dijadikan saudara sinarawedi tetapi kaluan perempuan akan dijadikan isteri. Kemudian datanglah seekor kuda betina yang tak lain adalah yang akan menyeberangkan Resi Durna.
Lama dalam perjalanan yang dinaiki Resi Durna itu kuda atau bukan akhirnya kuda tersebut mengandung, yang akhirnya lahir seorang bayi laki-laki yang di beri nama Bambang Aswatama.
Setelah kuda melahirkan berubahlan kuda tersbut menjadi seorang bidadari yang bernama Dewi Wilutama lalu pergi terbang menuju angkasa.
Setelah beliau ketemu saudara angkatnya Bambang Sucitra yang bertahta sebagai Prabu Drupada, pada saat itu di Balai agung ada pasamuan yang mengakibatkan Prabu Gamndamana Marah karena Kakak iparnya di hina oleh Bambang Kumbayana, yang akhirnya Bambang Kumbayan diseret keluar lalu dihajas habis-habisan oelh Prabu Gandamana yang akhirnya menjadi ciri pada bagian tangannya.
Setelah itu Bambang Kumbayana diruh tinggal di Sukolimo dengan nama Dahyang Durna, dan diangkat menjadi pendeta dan guru segenap Kurawa dan Pendawa.
Asih Fajarwati
Klas : VII E
SMP N 7 Surakarta
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama :Rizky Fitriyani
BalasHapusNo :30
Kelas:VII E
SMP 7 Surakarta
Gambar diatas adalah RESI DURNA
Resi Durna adalah putra dari pendeta Bharadwaja (keluarga Brahmana).
Semasa mudanya, Resi Durna bernama Bambang Kumbayana, berasal dari Negeri Atasangin. Kala itu, dia mempunyai sahabat, yang kemudian menjadi raja di negeri yang terpisahkan laut dengan Atasangin.Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra. Ketika Kumbayana bermaksud menyusul sahabatnya itu, dia terhenti di pinggir laut, dan keluarlah sumpahnya yaitu barangsiapa yang bisa membantunya menyeberang, bila laki-laki diangkat saudara, bila wanita dijadikan isterinya. Datanglah seekor kuda Sembrani, yang sesungguhnya jelmaan bidadari bernama Dewi Wilutama, membantunya menyeberang, dengan cara terbang melintasi lautan. Setelah sampai di seberang, lahirlah bayi yang diberi nama Bambang Aswatama, dan Wilutama kembali ke kahyangan.Dengan terbang secepat kilat.
Tinggallah Kumbayana yang harus merawat anaknya, meneruskan mencari sahabatnya yang telah menjadi raja. Sampai di istana, Kumbayana tidak mengindahkan tatakrama, ingin segera menemui sahabatnya.Tapi sia-sia hasilnya.
Akibatnya, patih negeri itu, yang bernama Gandamana,(Gandamana saudara ipar Prabu Drupada) sangat marah, dan menghajar Kumbayana hingga fisiknya cacat, dan diusir pergi. Terlunta-lunta sambil membesarkan anaknya, Kumbayana melatih ilmu kanuragan, kemudian bergelar Pendita Durna atau Resi Durna. Berkat ketekunannya, Resi Durna mumpuni dalam ilmu kanuragan. Dalam pengembaraannya, suatu hari Durna bertemu anak-anak keluarga Hastina yang masih remaja, yaitu Kurawa dan Pendawa, yang sedang bermain dan kehilangan bola mereka, yang jatuh ke dalam sumur mati. Mereka tidak bisa mengambilnya. Resi Durna menunjukkan kemahirannya, mengambil bola itu dengan menggunakan ujung rumput yang dilempar berturut-turut menancap pada bola, sambung menyambung menjadi tali. Berkat kesaktiannya, Durna diangkat menjadi guru yang mengajar Pendawa dan Kurawa, dan selanjutnya menetap di Hastina. Aswatama juga ikut bermukim di Hastina.Prabu Drupada mendengar kejadian itu sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawat & tinggal di Sokalima,bernama Dahyang Durna.
Dalam Perang Bharatayudha, Durna membela Kurawa, dan gugur di tangan Drestajumena.
nama:agita rahma pertiwi
BalasHapuskelas:7D
NO.ABSEN:02
Tokoh ini bernama Resi DRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
NAMA:LUTHFIA NUR FITRIANA
BalasHapusKELAS:7E/23
wayang ini adalah RESI DURNA
yang waktu muda nya bernama BAMBANG KUMBAYANA adalah putra dari RESI BARAT MADYA dari HARGA JEMBANGAN dengan KUMBINI
RESI DURNA berwatak tinggi hati,sombong,congkak,banyak bicara nya tetapi kecakapannya kepandaian nya luar biasa ,karena kesaktian dan kematian nya
RESI DURNA menjadi guru anak-anak PANDHAWA dan KURAWA.RESI DURNA mempunyai pusaka sakti yang berwujud keris bernama CUNDAMANIK dan panah SANGKALI ,RESI DURNA menikah dengan DEWI KREPI, putra PRABU PURUNG AJI.Dalam perang BARATHA YUDA RESI DURNA di angkat menjadi SENAPATI AGUNG KURAWA,setelah gugur nya RESI BISMA .RESI DURNA mahir dalam siasat perang dan selalu tepat.RESI DURNA gugur dei MEDAN PERTEMPURAN oleh TEBASAN PEDANG DRESTAJUMENA putra dendam prabu EKALAYA RAJA negara PARANGGELUNG yang arwah nya menyatu dalam tubuh DRESTAJUMENA.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusnama:wiwik apriatin
BalasHapusno:37
kelas:7E
Tokoh ini bernama Resi DRESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
Resi Durna
BalasHapusResi Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Kumbayana berasal dari Kraton Antasangin. Resi Durna meruakan Pandhita Sokolima baik Kurawa maupun Pandawa. Bambang Kumbayana adalah putra dari Resi Baratmadya. Kumbayana mempunyai saudara yang bernama Bambang Sucitra. Bambang Kumbayana memiliki kesaktian yang tidak sakti dengan Resi Bisma. Maka Bambang Kumbayana di pilih menjadi guru oleh Anuragan di Astina.
Nama : Rahayu Yuli Mawarni
No : 29
Kelas : VII E
Nama : Alfia Uke Tahara
BalasHapusNo : 03
Kelas : 7E
Sekolah : SMP N 7 Ska
Pandeta Dorna/ Rasuderna
Kalahiran jeung awal kahirupan Dorna
Dorna dilahirkan ti kulawarga brahmana (kaum pandita Hindu). Manéhna mangrupakeun anak ti pandita Baradwaja, nu lahir di dayeuh anu kiwari disebut Dehradun (modifikasi tina kecap dehra-dron, kendi taneuh liket), anu mibanda harti yén manéhna (Dorna) tumuwuh lain dina jero pianakan, tapi di luar awak manusa, nyaéta dina Droon (gentong atawa kendi).
Carita kalahiran Dorna dilalakonkeun sacara dramatis dina Mahabarata, Buku I: Adiparwa; Sambawaparwa, Bagian CXXXI. Dina buku kasebut dicaritakeun Baradwaja indit babarengan jeung rombonganana nuju ka walungan Gangga pikeun susuci. Di dinya manéhna nempo widadari anu geulis kawanti-wanti datang pikeun mandi. Sang pandita dikawasa ku napsu nu ngabalukarkeun manéhna ngaluarkeun cai mani anu pohara lobana. Manéhna nandéan cai mani kasebut kana hiji kendi anu disebut drona, sarta tina cai kasebut lahir Dorna.
Dorna méakkeun mangsa ngorana dina kaayaan tuna ku harta. Dorna ogé diajar ageman jeung élmu jurit babarengan jeung saurang pangéran ti Karajaan Pancala nu ngaranna Drupada. Drupada jeung Dorna satuluyna sosobatan. Dina mangsa keur budak, Drupada jangji rék mikeun satengah karajaanana ka Dorna lamun manéhna jadi Raja Pancala.
Dorna ngadahup ka Krépi, adina Krépa, saurang guru di karaton Astinapura. Krépi jeung Dorna ngabogaan anak nu dingaranan Aswatama.
Kapribadian
Resi Dorna miboga watek adigung, songong, bengis, sarta réa ngomong tapi kaparigelan, kecerdas, kapinteran sarta kasakténna luar baisa sarta pohara mahér dina élmu perang. Alatan kasaktén sarta kamahérna dina olah jurit, Dorna dipercaya jadi guru para Pandawa sarta Kurawa. Manéhna miboga pusaka sakti nu wujudna keris nu ngaranna Keris Cundamanik sarta panah Sangkali (dibikeun ka Arjuna).
Riwayat
Bagawan Dorna, nu waktu ngorana boga ngaran Bambang Kombayana, téh nyaéta anakna Resi Baratmadya ti Hargajembangan jeung Déwi Kumbini. Manéhna miboga dulur nu ngaranna Arya Kumbayaka sarta Déwi Kumbayani. Dorna jadi guruna para Kurawa jeung Pandawa. Murid kameumeutna nyaéta Arjuna. Resi Dorna ngadahup ka Déwi Krépi, putri Prabu Purungaji, raja nagara Tempuru, sarta meunang turunan anak lalaki nu dingaranan Bambang Aswatama. Manéhna hasil ngadegkeun padépokan Sokalima sanggeus junun ngarebut ampir satengah wewengkon nagara Pancala tina kakawasaan Prabu Drupada.
Dina lalampahanana néangan Sucitra, manéhna henteu bisa meuntas walungan sarta ditulungan ku hiji kuda ngapung pawujudan Déwi Wilutama, anu disupata ku déwa. Supata éta baris lekasan lamun aya saurang satria mitresna manéhna kalayan ihlas. Alatan pitulungna, mangka sang Kombayana mitresna kuda bikang éta. Tapi alatan kabawa napsu, Kombayana sapatemon jeung kuda Wilutama nepi ka reuneuh, sarta jaga ngalahirkeun anak nu kasép tapi miboga suku kawas kuda (maké sapatu kuda), anu saterusna dibéré ngaran Aswatama.
Sanggeus papanggih jeung Sucitra anu geus jadi raja sarta boga gelar Prabu Drupada, manéhna henteu diaku salaku baraya sepaguron. Kombayana ambek ngarasa dihina, saterusna balik ngécé ka Raja Drupada. Tapi Mahapatih Gandamanah (Patih di Astinapura, waktu pamaréntahan Pandu) jadi amarah sahingga lumangsung peperangan anu henteu saimbang. Sanajan Kombayana pohara sakti tétéla kasakénna jauh kénéh di sahandapeun Gandamanah anu ngabogaan Aji Bandung Bandawasa (ajian ieu diturunkeun ka murid kadeudeuhna, Raden Brataséna) anu ngabogaan kakuatan satanding jeung sarébu gajah.
Kombayana jadi bulan-bulanan sahingga awakna ruksak. Tapi manéhna henteu mati sarta ditulungan ku Sangkuni anu nasibna sarua (baca sempalan Mahabarata anu dijudulan Gandamana Luweng). Ahirna manéhna ditarima di Astinapura sarta dipercaya ngatik barudak turunan Barata (Pandawa sarta Kurawa).
NAMA: LESTARI W
BalasHapusNO : 20
KLAS: 7D
RESI DURNA
resi durna dlu pd wkt muda brnm bambang kumbayana.
brsl dr negri atas angin.durna lalu menyebrangi lautan,dan prgi ke tanh jawa,kmudian resi durna mngapdi pd ngastina,lalu menikah dngn dwi wilutama mrk pun mmpunyai seorang ank brnm aswatama,yg lalu maju ke medan perang BHARATHAYUDHA dan akhirnya gugur.
NAMA: KEN ARUM P
BalasHapusNO:19
KELAS: 7D
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
Setelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Nama :Destia ajeng g
BalasHapusNo :10
Kelas :7E
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
DAHYANG DURNA
BalasHapusDahyang Durna masa mudanya bernama Bambang Kumbayana. Ia berasal dari Atasangin, beroman bagus dan sakti.
Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat. bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negaranya dan pergi ke Tanah Jawa.
Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya ditepi samudera berhentilah ia di situ dengan sedihnya. Lalu ia pun berkata barang siapa dapat menyeberangkan ke Tanah Jawa akan dianggap saudaranya bila orang itu laki-laki dan akan dijadikan istrinya bila orang itu perempuan.
Begitu selesai mengucapkan ujarnya, datanglah mendekati Kumbayana seekor kuda betina bersayap. Kumbayana merasakan, bahwa kuda itulah yang akan menolong dia meriyeberangkan. Ditungganginya kuda itu dan secepat kilat ia diterbangkan ke Tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda melahirkan seorang anak laki-laki dan kuda pun berobah menjadi bidadari, bernama Dewi Wilotama dan terus terbang ke angkasa. Si anak diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana semakin susah, karena selama perjalanan ia harus mendukung bayi. Sampai jugalah akhirnya ia di Cempalareja, negara saudara angkatnya, Bambang Sucitra yang bertakhta di situ dengan gelar Prabu Drupada.
Dengan sukacita Kumbayana naik ke balairung dan ketika mengenal kembali saudara angkatnya, berserulah ia, “Sucitra, Sucitra!”
Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu yang dianggapnya menghina raja dan dianiayanyalah Kumbayana, hingga cacad badannya, Prabu Drupada terlambat mendengar kejadian tersebut. Kumbayana dipeliharanya dan disuruhnya tinggal di Sokalima, dengan nama Dahyang Durna.
Durna kemudian menghambakan diri pada raja Astina, Prabu Suyudana dan diangkat sebagai pendeta dan guru segenap korawa dan Pendawa.
Durna seorang pendeta bijaksana. Wrekodara adalah anak muridnya yang sejati. Dengan maksud supaya Wrekodara tenggelam di laut, diperdayanya anak muridnya itu, dan disuruhnya terjun ke dalam laut. Segala petunjuk Durna yang sebenarnya menyesatkan itu oleh Wrekodara diikuti dengan taat dan menyebahkan ksatria ini bisa bertemu dengan dewanya yang sebenarnya, yakni Dewa Ruci yang memberikan bimbingan kepadanya, hingga menjadikan ilmu Wrekodara lebih sempurna lagi.
Di kala Durna dan Sakuni dimainkan bersama-sama, kedua tokoh ini sering bersenda gurau, meski di hadapan raja sekalipun. Cara memainkan yang demikian ini sebaiknya dihilangkan dari pewayangan, oleh karena tak masuk akallah, kalau orang bersenda gurau di hadapan raja.
Dalam perang Barayuda, Durna tewas oleh Raden Drustajumna karena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi yang membalas dendam pada Durna.
Dahyang Durna bermata kriyipan (berkejab-kejab) berhidung mungkal gerang, seperti batu asahan yang sudah aus. Bermulut gusen (kelihatan gusinya). Berdagu mengerut, menandakan dagu orang tua. Berjenggot. Berkain bentuk rapekan pendeta. Hanya tangan belakangnya yang bisa digerakkan. Tangan yang lainnya memegang tasbih. Bercelana cindai dan bersepatu.
Nama : Savitri Rizki Romadhon
No.Absen : 33
Kelas : 7E
Sekolah : SMP Negeri 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama: Miftaqul aktsari F.
No: 22
Kelas : 7D
Nama : Ayu Puspita Ningtyas
BalasHapusNo :7
Kelas :7E
Tokoh wayang diatas adalah Resi Durna
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden Gandamana sampai cacat badannya.
Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama:Kharismatul nur aziza
BalasHapusNo:20
Kelas:7e
RESI DURNA
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
NAMA : AMINI SALAMAH
BalasHapusNO : 5
KELAS : 7D
SMP N 7 Surakarta
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
Begitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Raden
Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
tes
BalasHapusResi Durno masa mudanya bernama Bambang Kumbayana,ia putra dari Resi Brata Madya dengan DEWI kUMBINI,dari pertapan Hargajembangan .Kumbayana yang mempunyai sifat takabur,sombong tinggi hati,namun dibalik itu Bambang Kumbanyana memiliki kercedasan,kecerdikan,keuletan,kecakapan,serta kesaktian yang luar biasa dan mahir dalam siasat perang.
BalasHapusResi durna menikah dengan seorang bidadari yang bernama Dewi Wilotama dan dikaruniyai seorang anak bernama Bambang Aswatama.Dengan kepandean dan kesaktiannya Resi Durna mendirikan padepokan Sakolima.Resi Durna diangkat menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna dalam membimbing slalu berbeda. Pandawa dibimbing dengan keras dalam olah keprajuritan lain dengan Kurawa dengan santai sehingga ilmu yang didapat sedikit.
Alkisah dalam perang BARATAYUDA Resi Durna dinobatkan menjadi senopati perang Kurawa.Reai Durna gugur dalam pertempuran,karena terpenggal lehernya oleh Drestajumena putra Prabu Drupada.
NAMA : ARFIAN ARDIANSYAH
NO : 09
KELAS : 7D
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
di posting oleh ;
dini adhitiya
kls;7e
no;11
Dahyang Durna semasa mudanya bernama Bambang Kumbayana, beroman cakap dan sakti, asal dari Atasangin. Kumbayana mempunyai seorang saudara angkat bernama Bambang Sucitra, yang telah meninggalkan negerinya pergi ke tanah Jawa. Kumbayana pergi menyusul. Tetapi setelah sampai di tepi samudera, Kumbayana berhenti dengan sangat berduka cita Kumbayana berkata, bahwa siapapun juga yang dapat menyeberangkan dia dari pantai itu hingga sampai di pantai tanah Jawa, jika ia laki-laki akan diaku jadi saudara, jika ia perempuan akan diambil jadi isteri.
BalasHapusSetelah berkata itu datanglah seekor kuda betina bersayap (Jawa: kuda sembrani) mendekatinya. Kumbayana merasa bahwa kuda itulah yang akan menolongnya menyeberangkan. Maka Kumbayana mengendarai kuda itu dan terbanglah ia secepat kilat, hingga sampailah di daratan tanah Jawa. Setelah Kumbayana turun, kuda itu melahirkan seorang anak laki-laki, kemudian ia berubah menjadi seorang bidadari bernama Dewi Wilotama, dan terus terbang. Ke angkasa. Anak itu diberi nama Bambang Aswatama.
Kumbayana makin. susah, karena dalam perjalanan itu harus membawa bayi. Kemudian sampai juga ia ke Cempalareja, negeri saudara angkatnya; Bambang Sucitra, yang telah bertahta di sana dan bergelar Prabu Drupada.
Mendengar itu Kumbayana amat bersukacita, ia terus masuk di balairung, dan ketika dikenalnya saudara angkat itu, ia berseru: Sucitra, Sucitra!” Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat murka mendengar seruan Kumbayana itu. Perbuatan itu dipandang menghina, dan Kumbayana dianiaya hingga cacat badannya. Prabu Drupada mengetahui kejadian sangat menyesal. Kumbayana lalu dirawar dan tinggal di Sokalima, bernama Dahyang Durna. Kemudian Durna menghambakan diri pada raja Hastinapura, Sri Duryudana dan diangkat jadi pendeta dan guru sekalian Kurawa dan Pandawa.
Sebenarnya ia seorang pendeta bijaksana, guru Pandawa dan Kurawa. Wrekudaralah seorang anak muridnya yang sejati. Adapun pada mulanya memang Wrekudara diperdayanya, diperintahkan terjun ke dalam laut supaya mati. Tapi segala petunjuk Durna yang demikian itu malahan menjadikan kesempumaan ilmunya atas petunjuk Dewa Ruci, dewanya Wrekudara yang sebenarnya.
Dalam perang Baratayudha, Durna tewas oleh Raden, Drustajumena kena tusukan keris yang telah kemasukan jiwa Prabu Palgunadi, yang membalas dendam pada Durna.
Nama :Ichsan bayu kurniawan
kelas:VIIE
No :18
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
fariz priehastudy
7d
15
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusnama : fajar bahari
BalasHapuskelas : 7d
smpn 7 surakarta
no 14
begawan durna
nama muda bambang kubayana
bapak : barat madya atau barat wadya
istri : batari wilutomo
negara : ngatas angin atau ngatas maruto
anak : raden bambang aswatama
wayang ini adalah pendeta durna
BalasHapusdurna adalah tokoh sakti yang sejak pandawa dan
kurawa kecil diserahi tanggung jawab mengajari olah raga dan olah batin .pendeta durma dikenal sakti didaerah antasanggin .durma ketika masih muda bernama bambang kumbayana.
saroni
BalasHapus7E
32
RESI Durna yang waktu muda nya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.Resi Durna mempunyai saudara bernama Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
RESI DURNA berwatak tinggi hati,bengis,sombong,congkak,cerewet,tetapi kecakapan,kercedikan,kesaktian,kepandaiannya luar biasa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Resi Durna dipercaya menjadi guru anak Pandawa dan Kurawa.RESI DURNA mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali.
Dia menikah dengan Dewi Krepi putri Prabu purungaji raja negara Tempuru dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negera Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam perang Baratayuda RESI DURNA diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.RESI DURNA gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena.Putra prabu Drupada,yang memenggal putus kepalanya.Konon kematian Resi Durna akibat dendam prabu Ekalaya raja negara Paranggelung.
Ainunsiwi CK
BalasHapusVII D/04
RESI DURNA
Semasa muda ia bernama Bambang Kumbaya yang tampan dan sakti berasal dari
Atasangin.Ia punya seorang saudara angkat bernama Sucitra yang telah menjadi raja dan
bernama Prabu Drupada.Mengetahui hal itu Kumbayana sangat senang sehingga ia
datang ke negeri saudaranya tersebut lalu langsung masuk ke istana dan berteriak
memanggil Sucitra,ipar Prabu Drupada sanggat murka Kumbayana dianggap menghina
hingga ia disiksa sampai cacat. Prabu Drupada mengetahui hal tersebut sangat menyesal
sehingga ia dirawat dan tinggal di Sokalima diberi nama Resi Durna, ia diangkat menjadi
pendita dan guru pandawa serta kurawa.
Dalam perang baratayuda Durna tewas tertusuk keris yang kemasukan jiwa Prabu
Palgunadi yang membalas dendam oleh Raden Drustajumena.
Resi Durna ketika masih muda bernama Bambang Kumbayana. Bambang Kumbayana beroman bagus dan sakti. Ia berasal dari negeri Atasangin. Bambang Kumbayana mempunyai saudara angkat bernama Bambang Sucitra yang telah meninggalkan negerinya, menyeberangi lautan pergi ke tanah Jawa. Bambang Kumbayana kemudian menyusul, tetapi setibanya di tepi samudera ia sangat sedih karena tidak ada perahu yang menyeberangkannya. Bambang Kumbayana bersabda : “Barang siapa yang dapay menyeberangkan saya ke tanah jawa, jika laki-laki kujadikan saudaraku sendiri, jika perempuan akan kukawini.”
BalasHapusBegitu selesai Bambang Kumbayana menyuarakan kata-kata saktinya itu datanglah seekor kuda betina bersayap. Menurut Bambang Kumbayana kuda itulah yang akan menyeberangkannya. Ditunggangilah kuda itu sampai ke tanah Jawa. Setibanya di tanah Jawa kuda melahirkan seorang anak laki-laki bernama Bambang Aswatama. Kuda berubah menjadi seorang bidadari cantik bernama Dewi Wilutama. Ia terbang ke angkasa, kembali ke kahyangan.
Bambang Kumbayana sampailah di salah satu negeri bernama Cempalareja (Cempala Radya) yang diperintah oleh seorang raja bernama Prabu Drupada. Raja itu ternyata adalah Bambang Sucitra saudaranya, maka Bambang Kumbayana bersikap bebas dan seenaknya terhadap raja. Raden Gandamana, ipar Prabu Drupada, sangat marah melihat sikap Bambang Kumbayana yang dianggapnya kurang menghargai raja. Bambang Kumbayana lalu dianiaya oleh Rade
n Gandamana sampai cacat badannya. Prabu Drupa terlambat mendengar kejadian tersebut. Kemudian Bambang Kumbayana dirawat oleh Prabu Drupada, ia disuruh tinggal di Sokalima dengan nama Durna. Akhirnya ia mengabdi di negeri Astina, dan diangkat oleh Prabu Duryudana menjadi pendeta utama, maha guru keluarga Pandawa dan Korawa.
Nama :kholis istiqomah
no :21
kelas:7E
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
BalasHapusResi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.
nama : Muh.Abdel A.
kelas : 7E
no : 24
NAMA:HIKMAH N.A.
BalasHapusKLS :7D
NO :18
NAMA:HIKMAH N.A.
BalasHapusKLS:7D
NO :18
RESI DURNA yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini.
Resi Durna mempunyai saudara seayah seibu bernama: Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Durna berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang.
Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Resi Durna dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa.
Resi Durna mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Durna menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama.
Resi Durna berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Durna diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma.
Resi Durna sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang.
Resi Durna gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestajumena, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Durna akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestajumena.